Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,75 persen pada Rabu (15/6) lalu telah diantisipasi pemerintah. Pasalnya, sejak awal tahun, bank sentral AS tersebut telah menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga lebih progresif untuk mengendalikan inflasi di tahun ini.
"Ya kalau kenaikan The Fed, kita sudah antisipasi karena kenaikan inflasi (di Amerika Serikat) kemarin masih tetap tinggi jadi kita harus mempersiapkan langkah penetapan moneternya," ujarnya usai acara Temu Prakerja di Sentul International Convention Center, Bogor, Jumat (18/6).
Sementara itu, dari sisi kebijakan fiskal, Pemerintah akan terus fokus untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi. Karena itu stabilitas perekonomian dalam negeri perlu terus dijaga, salah satunya dengan koordinasi erat antar lembaga melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
"Kita kebijakna makronya sudah disampaikan selama ini, fiskal policy kita dan moneter akan terus menjaga antara momentum pemulihan dengan stabilitas, jadi antisipasi kan kita sudah sampaikan, signal the fed sampai akhir tahun di atas sekitar 3 persen itu kan masuk dalam perhitungan kita, termasuk pembahasan APBN 2023 nanti," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga menyampaikan potensi merosotnya kinerja ekspor Indonesia akibat pengetatan moneter yang dilakukan The Fed dan juga sejumlah negara maju di dunia.
Sebab, menurutnya, kebijakan itu akan membuat pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa menjadi negatif. "Kalau di global dengan kenaikan suku bunga, pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat mungkin akan negatif, pengaruhnya nanti kita harus lihat dari sisi ekspor harga komoditas," tandasnya.