Jakarta, FORTUNE - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa Prancis tengah berupaya membangun pembangkit energi nuklir baru untuk memenuhi tantangan energi dan lingkungan yang semakin meningkat.
Hal itu ia sampaikan saat negosiator iklim di Glasgow memperdebatkan bagaimana mempercepat upaya melawan perubahan iklim, serta di tengah kekhawatiran Eropa terkait lonjakan harga energi baru-baru ini dan ketergantungan benua itu pada produsen gas dan minyak global, termasuk Rusia.
“Untuk menjamin kemandirian energi Prancis dan mencapai tujuan kami, khususnya netralitas karbon pada tahun 2050, kami akan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade meluncurkan kembali pembangunan reaktor nuklir di negara kami,” kata Macron dalam pidatonya, Selasa (9/11) seperti dikutip AFP.
Meski demikian, Marcon tak tidak memberikan rincian rencana pembangunan pembangkit baru tersebut. Prancis, kata dia, lebih bergantung daripada negara lain pada energi nuklir, tetapi reaktornya menua dan reaktor generasi terbarunya terlambat beberapa tahun dari jadwal.
“Jika kita ingin membayar energi kita dengan harga yang wajar, kita membutuhkan energi bebas karbon,” kata Presiden yang mengatakan reaktor baru itu akan menjadi reaktor EPR (Evolutionary Power Reactor) generasi ketiga.
Energi nuklir menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah daripada batu bara, minyak atau gas, tetapi pembangkit nuklir sangat mahal untuk dibangun dan menghasilkan limbah radioaktif yang tetap mematikan selama puluhan ribu tahun.
Meski para politisi masih berpolemik soal perlu tidaknya memasukkan energi nuklir dalam rencana global untuk mengurangi emisi karbon, Marcon menegaskan bahwa hal tersebut harus dilakukan agar negaranya dapat memenuhi komitmen terhadap iklim.
“Investasi ini akan memungkinkan kami untuk meningkatkan dan memenuhi komitmen kami saat COP26 di Glasgow ditutup,” tambahnya.