Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya tren inflasi yang berbeda antara periode Ramadan dan Lebaran. Inflasi pada masa Ramadan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan saat Lebaran seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap bahan makanan dan minuman. Namun, setelah Lebaran usai tekanan inflasi pada umumnya berkurang.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan pada awal Ramadan pada Maret 2024, inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencapai 0,41 persen. Namun, pada periode setelah Lebaran sekitar April, tekanan inflasi tersebut mulai menurun.
Secara historis, kelompok makanan dan minuman menjadi penyumbang inflasi terbesar selama Ramadan, sementara pada periode Lebaran sektor transportasi lebih mendominasi.
“Kalau kita belajar dari tahun lalu, pada saat awal Ramadan di bulan Maret 2024 terjadi inflasi makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,41 persen. Tetapi kemudian di bulan April setelah Lebaran, tekanan inflasinya berkurang,” kata Amalia dalam rapat koordinasi infilasi daerah, Senin (10/2).
Lebih lanjut, ia menyoroti beberapa komoditas yang kerap mengalami lonjakan harga selama Ramadan. Daging ayam ras, misalnya, sempat mengalami kenaikan harga pada Maret 2024 sebelum tekanan inflasinya mereda pada April.