Bank syariah indonesia (BSI). Shutterstock/farzand01
Sementara itu, menanggapi peluncuran BSN, Pengamat Perbankan sekaligus Staf Ahli Pusat Studi Bisnis (PSB) UPDM Jakarta, Paul Sutaryono memandang BSN digadang-gadang bakal menjadi pesaing berat dari Bank Syariah Indonesia (BSI).
Sejatinya, meski total aset hasil merger BSN yang senilai Rp63,08 triliun belum sepadan dengan BSI yang memiliki total aset sekitar Rp401 triliun, namun BSN dinilai akan menjadi market leader KPR syariah di industri perbankan.
“Mimpi BSN menjadi BUS berskala besar itu bukan isapan jempol belaka. Ia bakal menjadi pesaing berat BSI dalam KPR syariah,” kata Paul melalui keterangan tertulisnya kepada Fortune Indonesia.
Bila kita melirik kinerja penyaluran KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) per 28 September 2025, Bank BTN menjadi bank penyalur terbesar dengan 90.923 unit, disusul BTN Syariah sebanyak 36.589 unit dan BRI sebanyak 17.373 unit.
Selain itu, BSN juga bakal menggenjot KPR melalui jaringan cabang lantaran Bank Victoria Syariah sebelumnya memiliki 102 kantor cabang yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Manado, dan Bali. “Itulah keunggulan komparatif bagi BSN yang mengembangkan kantor cabang sebagai saluran distribusi dengan cara anorganik. Cara itu bagai menanam pohon uang dengan cara mencangkok sehingga menghasilkan buah manis dengan segera,” kata Paul.
Meski demikian, sebagai pemain bisnis KPR, BSN wajib meningkatkan kewaspadaan lantaran KPR yang merupakan kredit konsumsi tidak mengenal agunan (collateral). Oleh karena itu, bank wajib terus mengerek penerapan manajemen risiko, terutama risiko kredit.