Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan pertumbuhan dana murah berupa tabungan yang positif tersebut menjadi indikator bahwa masyarakat semakin percaya atas layanan jasa keuangan BSI.
“Penghimpunan tabungan kami nomor 5 dan ini menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada BSI yang semakin meningkat,” ujar Cahyo dalam BSI Market Outlook 2022: Winning The Post-Pandemic Economy yang digelar secara hybrid, Selasa (7/12).
Kepercayaan tersebut diraih BSI, kata dia, atas keberhasilan manajemen dalam mengintegrasikan operasional dan layanan ke dalam single system yang rampung 1 November lalu, pascaketiga entitas bank asal telah resmi dimerger pada 1 Februari 2021.
Data survei internal BSI mengungkap, sebanyak 43 persen masyarakat Indonesia bersedia menggunakan jasa layanan perbankan bank syariah. Namun, saat ini baru sekitar 7 persen saja yang baru tergarap. “Ini riset kami. Tentunya ini buat kami potensi market yang sangat menarik,” ujarnya.
Optimisme Cahyo itu pun tak terlepas dari kondisi ekonomi yang perlahan tapi pasti bergerak ke arah yang lebih positif. Di mana pemerintah cukup berhasil dalam mengendalikan pandemi Covid-19 dan dapat mengatrol pertumbuhan ekonomi melalui berbagai stimulus yang tepat.
Ade Cahyo juga mengatakan kini perbankan sedang mengalami kelebihan likuiditas, termasuk BSI. Ia menyampaikan, pihaknya sedang menyiapkan berbagai strategi dan rencana untuk mengelola kelebihan likuiditas tersebut.
"Ada tantangan kita untuk mengelola excess likuiditas hampir Rp70 triliun sekarang yang kebetulan didominasi oleh tabungan," katanya.
Hal ini menyebabkan cost of fund BSI bisa sangat kompetitif dan menawarkan pembiayaan-pembiayaan yang murah. Hingga kuartal III tahun 2021, BSI mencatat pertumbuhan tabungan sebesar 11,57 persen (yoy) menjadi Rp91,43 triliun.