Deputi Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muhammad Neil El Himam mendorong pelaku usaha untuk menyasar potensi ekonomi syariah. Diakuinya, Indonesia juga tertinggal dari Malaysia dalam memanfaatkan potensi ekonomi syariah, padahal potensinya amat besar.
Berdasarkan State of The Global Islamic Economic Report, konsumsi dan ekspor produk halal meningkat masing-masing 3,6 persen dan 19,2 persen pada 2017. Aset keuangan syariah dalam negeri pun mencapai US$82 miliar atau sekitar Rp1.155 triliun, masuk 10 besar dunia pada 2018.
"Platform harus melihat potensi ini. Sertifikasi halal saja sudah punya nilai sendiri. Belum lagi transaksi produk syariah akan banyak," kata Neil dalam konferensi pers virtual, Kamis (7/7).
Ekonomi syariah Indonesia menempati peringkat empat dunia dengan skor Indikator Ekonomi Islam Global atau Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 91,2. Indonesia di bawah Malaysia (290,2), Arab Saudi (155,1), dan Uni Emirat Arab (133).
Dalam kesempatan berbeda, Yenty Joman mengatakan Huawei turut mendukung penguatan ekonomi melalui peningkatan kapasitas perusahaan rintisan lokal melalui program Spark yang diluncurkan di Asia Pasifik tahun lalu.
Program Spark dibuat untuk mempercepat pertumbuhan startup teknologi dan dimulai sejak 2020. Program ini telah membantu startup teknologi untuk meningkat ke level berikutnya melalui serangkaian kegiatan mentoring, inkubasi, penciptaan pasar, hingga persiapan ke tingkat global.
Dari sekian banyak startup teknologi, Huawei Indonesia telah mengidentifikasi beberapa perusahaan rintisan yang telah memiliki bisnis model sesuai kepatuhan syariah. Ini menjadi ciri khas Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital, serta mewujudkan visi emas menjadi bagian dari lima besar kekuatan ekonomi dunia.
"Kami memiliki harapan kuat bahwa ekosistem ekonomi termasuk ekonomi syariah akan berada di jalur cepat untuk mewujudkan visi tersebut dengan digitalisasi," katanya, dalam seminar Digital Transformation in Sharia Economy, Kamis (7/7).
Sejumlah perusahaan rintisan (startup) sebenarnya mulai menghadirkan layanan digital berbasis syariah. Di bidang e-commerce, Tokopedia dan Bukalapak menyediakan marketplace khusus produk halal, juga layanan untuk memberi zakat dan investasi dalam bentuk reksa dana.
Startup teknologi finansial (fintech) juga turut menjangkau pasar ini. LinkAja yang bergerak di bidang pembayaran bekerja sama dengan bank syariah sebagai tempat menyimpan uang para penggunanya. Kemudian, Investree, ALAMI, Ammana, Qazwa, Syarfi, dan lain-lain yang bergerak di bidang peminjaman memberikan layanan pembiayaan bebas bunga bagi peminjam, di samping memberikan imbal hasil atas jasa penagihan bagi pemberi pinjaman.