Sebagai informasi, dalam database direktori perusahaan industri Kementerian Perindustrian, dikutip Jumat (7/1), terdaftar 69 perusahaan di industri kemasan (packaging).
Berkaca pada tahun 2021, Indonesia Packaging Federation (IPF) pada awal tahun masih optimistis akan mencapai pertumbuhan produksi 4-5 persen menjadi sekitar Rp108,5 triliun dibandingkan 2019 yang sebesar Rp104,4 triliun.
Direktur Executive IPF Henky Wibawa mengatakan, saat ini kondisi industri kemasan hari ini sangat tidak menentu. Henky memerinci pada kuartal I/2021 permintaan pasar menurun tetapi kuartal II/2021 naik didorong oleh periode Lebaran.
Sayangnya, federasi melihat memasuki kuartal III/2021 permintaan kembali melandai kembali. "Jadi kami sangat perlu untuk koreksi target growth tahun ini, kalau tetap optimis hanya akan tercapai sekitar 2-3 persen. Faktor penunjang untuk optimistis ini karena masih ada semangat investasi baru pada produsen," katanya.
Menurut Henky investasi yang sudah direalisasikan memang masih di bawah Rp300 miliar saat ini. Namun, jika tidak ada gelombang Covid-19 selanjutnya kemungkinan investasi baru dengan nilai lebih besar juga akan terealisasi. Sementara itu, sejalan dengan penurunan permintaan pasar industri Henky juga mencatat tingkat utilisasi industri kemasan yang harus turun sekitar 50-60 persen dari 2019 yang masih di level 70-80 persen.
Henky juga menyampaikan, saat ini industri juga mengalami kendala bahan baku impor seperti biji plastik dan special additives. Kondisi itu dipengaruhi berbagai faktor, utamanya karena masalah kapal dan kontainer yang berimbas produksi kemasan tersendat.
Di sisi lain, sejumlah produsen pun mulai mengalihkan fokus target utama pasar yang disasar, yakni sektor industri kecil karena tren gaya hidup dan pasar ritel yang berubah ke arah online dan minimarket.