Jakarta FORTUNE - Kepala Center of Macroeconomics and Finance INDEF, M. Rizal Taufikurahman mengatakan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) berpotensi menjadi penopang industri halal nasional seiring dengan terintegrasinya layanan transaksi keuangan mereka di seluruh jaringan perseroan.
Pasalnya, BSI merupakan gabungan anak perusahaan dari bank-bank milik pemerintah, yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Selain menjadi emiten bank syariah terbesar di Indonesia, masing-masing perusahaan yang membentuk BSI juga memiliki banyak keunggulan baik di korporasi, UMKM dan ritel.
"Tentu akan sangat banyak manfaat yang akan didapat dengan rampungnya integrasi baik bagi perseroan maupun ekonomi nasional secara menyeluruh. Ini tentu juga akan menjadi momentum peningkatan kinerja industri halal," ujar Rizal dalam keterangan resminya.
Sebagai informasi, BSI dalam waktu dekat akan melayani nasabah dan masyarakat di seluruh Indonesia dengan single system. Sebelumnya, perusahaan telah melakukan integrasi yang terdiri dari migrasi nasabah, layanan kartu ATM hingga layanan perbankan digital.
Menurut Rizal, kinerja BSI pasca integrasi memiliki prospek yang sangat cerah. Hal itu tak terlepas dari loyalitas nasabah muslim untuk meningkatkan efisiensi dana, dan meningkatkan daya saing margin pembiayaan.
Di sisi lain, potensi itu belum tergali optimal sebelum dilakukannya merger ketiga bank syariah pemerintah tersebut. Bayangkan saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Januari 2021 total aset keuangan syariah hanya sekitar 9,6 persen dari total industri pasar keuangan di Tanah Air. Sementara, aset perbankan syariah hanya 6,4 persen terhadap total aset industri perbankan di Indonesia.
Padahal, Indonesia memiliki populasi muslim sekitar 80 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Namun pangsa pasar bank syariah pun hingga kini baru di kisaran 10 persen.
"Dengan demikian (hadirnya BSI dan rampungnya integrasi layanan) pelaku industri halal dapat meningkatkan kinerja dan nilai tambahnya lebih cepat guna mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi," imbuhnya.