Jakarta, FORTUNE - Generasi muslim Indonesia masa kini menjalani kehidupan yang sangat berbeda dibanding pendahulunya. Hal ini dipengaruhi oleh dua hal: kepercayaan pada agama dan gaya hidup konsumerisme yang erat dengan budaya barat berkat teknologi yang sudah memasyarakat. Wunderman Thompson Intelligence, bekerja sama dengan Muslim Intel Lab VMLY&R Malaysia, meluncurkan laporan The New Muslim Consumer, sebuah penelitian mengenai identitas dan kehidupan 250 juta masyarakat Muslim di Asia Tenggara, serta perubahan kebiasaan konsumen pada satu generasi.
Laporan ini memperlihatkan perubahan masyarakat Muslim yang dipengaruhi oleh konsumerisme, dari makanan—terutama menghindari daging babi dan alkohol— fesyen, perbankan, wisata, sampai dengan pendidikan, pengeluaran pribadi, investasi, atau sumbangan. Bagi pasar Indonesia, laporan ini mengungkap kebiasaan baru dari konsumerisme Muslim dan pentingnya peranan mereka dalam pertimbangan merek serta hal-hal yang harus dihindari.
Saat ini, Indonesia menempati urutan keempat (setelah Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab) berdasarkan Indikator Ekonomi Islam Global DinarStandard, yang memperlihatkan kekuatan berbagai sektor termasuk keuangan syariah, makanan dan wisata halal serta fesyen muslim. Hal ini menjadikan Asia Tenggara bukan saja pasar umum yang besar tetapi juga tempat uji coba tren baru. Merek besar dan startups sudah mulai menapaki bidang pasar kompetitif ini dengan memadukan aspek personal dan spiritual dalam perdagangan
Studi kasus ini melingkupi fesyen muslim, fintech syariah, aplikasi kencan muslim, wisata halal dan hak perempuan. Survei yang mencakup 1.000 masyarakat Muslim berusia 18 tahun ke atas di Indonesia dan Malaysia, pada Mei 2022 oleh SONAR™.