Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan ekspor produk fesyen muslim yang mencapai US$500 juta belum menggambarkan kuatnya pasar dalam negeri. Sebab, konsumsi busana muslim di Indonesia hanya mencapai US$16 miliar.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021, angka konsumsi tersebut menempatkan Indonesia pada posisi kelima setelah Iran (US$53 miliar), Turki (US$28 miliar), Saudi Arabia (US$21 miliar), dan Pakistan (US$20 miliar).
"Dengan jumlah yang kecil itu kami ingin mengekstensifkan kekuatan pasar kita guna menciptakan indutri yang bagus," ujarnya dalam konferensi pers peluncuran Embracing Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW), Kamis (11/11).
Menurut Lutfi, perkembangan fesyen muslim tak bisa dilepaskan dari peran para produsen atau pemasok. Karena itu, besarnya produksi penting untuk menggambarkan kekuatan pasar yang sesungguhnya.
Indonesia Muslim Fashion Week, menurutnya, bisa jadi ajang untuk memperkuat pasar busana muslim Indonesia sekaligus meningkatkan ekspor produknya.
Dalam kesempatan sama, Perwakilan Kadin sekaligus Wakil Ketua Komite Promosi Fashion Muslim Nasional, Anne Patricia Sutanto, mengatakan Kementerian Perdagangan dapat menjadi jembatan yang memfasilitasi berbagai pihak untuk berkolaborasi mulai dari industri, akademisi hingga para desainer.
"Ada juga Asosiasi Pertekstilan Indonesia, tapi kami juga akan merangkul dari hulu ke hilir yang menunjang sektor atau stakeholder dari muslim fashion," ujarnya.