Ilustrasi ekosistem syariah. (ShutterStock/P.Kasipat)
Berdasarkan survei yang dilakukan BSI, dari 100 persen preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah, sekitar 21 persen termasuk kaum universalis. Kelompok tersebut dinilai loyal punya rekening di perbankan syariah tidak peduli apapun yang terjadi rekening tetap di perbankan syariah.
Kemudian 23 persen hingga 25 persen masuk kategori kaum konformis, yang akan punya rekening di perbankan syariah sepanjang bank syariah itu bisa memberikan benefit yang sama dengan bank lain, dan memiliki pricing yang bersaing.
Dia melanjutkan, salah satu keuntungan dari perbankan syariah yakni adanya tabungan wadiah. Produk tabungan wadiah dapat memberikan keuntungan berupa nihilnya biaya, sehingga dapat menekan cost of fund bank syariah. Dengan cost of fund yang rendah, bank pun dapat menyalurkan pembiayaan yang kompetitif.
BSI sejak merger sampai saat ini mencatatkan penurunan cost of fund yang cukup signifikan. Pada saat merger, BSI mencatatkan cost of fund 3,4 persen dan terus turun sampai di angka 1,6 persen.
"Ada keuntungan di bank syariah yaitu tabungan wadiah. Di BSI sekarang ini lebih dari Rp 40 Triliun tabungan wadiah, nah ini zero cost of fund. Ini seperti harta karun yang enggak kelihatan gitu. Pembiayaan juga sama karena dasarnya adalah, dengan funding atau cost of fund yang rendah tadi, bisa komplit,” kata Hery.
Hery menyebut saat ini pembiayaan Griya di BSI, khususnya pembiayaan rumah, sangat diminati oleh masyarakat. Ini tidak lepas dari kemampuan BSI dalam memberikan layanan, service, dan pricing yang lebih kompetitif dibandingkan bank lainnya.