Jakarta, FORTUNE - Rencana Pemerintah Indonesia melalui Kementerian BUMN untuk kembali membentuk entitas bank syariah baru dengan aset yang besar nampaknya akan segera terwujud. Upaya tersebut terwujud melalui rencana merger antara BTN Syariah dan Bank Muamalat yang ditargetkan bakal rampung tahun 2024.
Upaya konsolidasi dua bank syariah tersebut rasanya perlu dilakukan, mengingat Indonesia menyimpan potensi ekonomi dan keuangan syariah yang besar dan diakui oleh dunia. Berdasarkan laporan Islamic Finance Development Report Tahun 2022, Indonesia berada pada peringkat ke-7 dalam aset keuangan syariah global. Tercatat, aset keuangan syariah Indonesia telah mencapai Rp2.450 triliun atau sekitar US$ 163,09 miliar hingga Juni 2023. Pengakuan dan pencapaian tersebut tentu ditopang oleh gelar yang dipegang Indonesia dengan negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia yang mencapai 237,56 juta jiwa atau 86,7 persen dari total penduduk Indonesia.
Untuk itulah, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae sempat menyatakan bahwa Indonesia perlu memiliki banyak bank syariah besar agar memiliki persaingan bisnis yang sehat di tengah potensi yang sangat besar tersebut. Apalagi, saat ini aset bank syariah nasional masih didominasi oleh Bank Syariah Indonesia (BSI).
Ketimpangan industri perbankan syariah terlihat dari aset BSI yang mencapai Rp305 triliun pada 2022. Sebaliknya, pesaing terdekatnya yakni Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga hanya memiliki aset Rp 63 triliun. Kemudian, Bank Muamalat dengan Rp 61 triliun, dan UUS BTN (BTN Syariah) dengan Rp 45 triliun.