Jakarta, FORTUNE - Permintaan terhadap pelayanan kesehatan atau rumah sakit (RS) dengan standar dan prinsip syariah semakin meningkat. Hal ini juga dipengaruhi pandemi Covid-19 yang membuat kesadaran akan aspek kesehatan justru semakin meluas.
Assistant Professor School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB), Nila Armelia Windasari melakukan penelitian terhadap potensi rumah sakit syariah di Indonesia dan menemukan fakta menarik.
"Kita memang harus mengakui di Indonesia, branding syariah ini belum otomatis membangun citra yang positif," katanya dalam International Webinar Halal Pharmaceutical and Healthcare Ecosystem Industry Forum, Rabu (6/7).
Ia mengatakan, ada 300 ribu RS di Indonesia, tapi kurang dari 100 fasilitas kesehatan yang memiliki sertifikasi kompetensi syariah. Padahal ekosistem layanan kesehatan syariah punya banyak stakeholder pendukung yang dapat berkembang bersama seiring dengan sektor ini.
Layanan RS syariah melingkupi panduan spiritualitas selama menjalani pengobatan, jaminan makanan dan farmasi halal, hingga proteksi terhadap privasi dan aurat. Menurutnya, banyak yang masih belum familiar dengan sertifikasi dan standar RS halal.
"Sertifikasi itu tentang membangun kepercayaan, jaminan layanan baik terhadap service maupun pekerjanya," kata dia.