Target Indonesia Menjadi Pemain Utama Dalam Pasar Syariah Global

Jakarta, FORTUNE - Indonesia berupaya menjadi aktor penting pasar syariah dunia dengan mengedepankan ekosistem rantai nilai halal (halal value chain). Target itu muncul di tengah lambatnya negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini dalam menajamkan fokus pada ekonomi syariah.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan, dalam siaran pers yang dimuat situs kementerian pimpinannya, bahwa Indonesia “memainkan peran besar bagi industri halal di pasar domestik dan pasar global.” Kemudian, dia menambahkan bahwa Indonesia kelak menjadi pelopor bagi penerapan “Halal traceability dan Halal Assurance System yang terpercaya”.
Pemerintah akan bertanggung jawab meningkatkan dukungan bagi ekosistem halal value chain ini dengan menguatkan enam gugus potensial seperti makanan dan minuman, pariwisata halal, busana muslim, media dan hiburan, farmasi dan kosmetik halal, serta energi halal, demikian Airlangga memerinci lebih lanjut.
Pemeringkatan yang terdapat dalam "State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021" oleh lembaga riset Dinar Standard menempatkan Indonesia pada posisi keempat dari 81 negara yang disurvei. Posisi pertama telah dihuni oleh Malaysia selama delapan tahun berturut-turut.
Penduduk Muslim dunia diperkirakan membelanjakan $2,02 triliun atau sekitar Rp28.700 triliun pada enam klaster disebut di muka. Pada 2019, aset Indonesia dalam keuangan syariah bernilai $99,2 miliar. Jika dibuat persentase, jumlah itu mencapai sekitar 3,44% dari keseluruhan aset dunia pada sektor keuangan syariah.
Laporan Bank Indonesia mengenai Ekonomi dan Keuangan Syariah 2020 menunjukkan bahwa sektor halal di Indonesia pada 2020 mengalami peningkatan meski pandemi COVID-19 merajalela. Dibandingkan dengan PDB atau produk domestik bruto, pertumbuhan ekosistem halal value chain terkontraksi -1,72%. Di sisi lain, perekonomian nasional merosot hingga -2,07%. Dua sektor prioritas, yakni pertanian dan makanan halal, turut menyumbang pertumbuhan meskipun lambat.
Menteri Airlangga mengatakan pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan penting untuk mendorong Indonesia menjadi produsen utama dunia di sektor industri halal. Untuk membuktikan keseriusannya, pemerintah saat ini tengah melakukan proses verifikasi atas dua permohonan kawasan industri halal (KIH): Kawasan Industri Modern di Cikande (Banten), dan Kawasan Industri Safe n Lock di Sidoarjo, Jawa Timur.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia pada 2024 akan menjadi produsen halal terbesar dunia. Menurutnya, seperti dikutip kantor berita Antara, “konsumen dalam negeri kita pasti sudah besar, tinggal bagaimana kita menjadi produsen halal sebagai global hub-nya”.
Tujuan itu hendak dicapai salah satunya dengan memanfaatkan pesantren, yang merupakan kumpulan jaringan pendidikan berbasis Islam pimpinan kyai. Pasalnya, per kuartal I 2021, Indonesia memiliki lebih dari 31.000 pesantren dengan jumlah santri 4,29 juta.
“Kolaborasi dalam membangun ekosistem syariah berbasis pondok pesantren perlu dilakukan baik antara regulator maupun stakeholders, sehingga pondok pesantren dapat mendorong terjadinya peningkatan keuangan inklusif,” ujar Airlangga. “Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, mengurangi jumlah kemiskinan, serta meningkatkan kapasitas UMKM sehingga dapat naik kelas”.
Ada beberapa program yang telah disiapkan untuk mempercepat inklusi keuangan dalam diri para santri. Di antara program itu adalah Go Digital serta One Pesantren One Product (OPOP). Terkait OPOP, program dilaksanakan untuk menghasilkan produk berkelas global yang unik dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Sudah 1.500 pesantren yang menjadi peserta program itu. Total transaksi yang berhasil mereka catatkan per Desember 2020 adalah Rp21 miliar.