Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Tangkapan Layar 2025-11-04 pukul 13.34.43.png
Forum “AI in Action” yang digelar di Thamrin Nine Ballroom Jakarta, oleh AiSensum, dan didukung oleh Surveysensum/Dok AiSensum

Intinya sih...

  • Lebih dari 70% perusahaan di ASEAN telah mengadopsi AI

  • Hanya 23% yang berdampak transformatif terhadap pengembangan bisnis

  • Siloam Hospitals dan Alpha Aviation Group adalah contoh penerapan AI yang sukses

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta,FORTUNE – Asia Tenggara memasuki fase baru dalam transformasi digital. Mulai dari bisnis rumah sakit hingga industri aviasi mulai menerapkan Artificial Intelligence (AI)—bukan hanya untuk otomatisasi, tapi untuk memperluas kemampuan manusia.

Laporan IDC Research 2025 menyebutkan, lebih dari 70 persen perusahaan di kawasan ASEAN telah mengadopsi inisiatif AI. namun hanya 23 persen yang berdampak transformatif, alias menghasilkan dampak nyata ke pengembangan bisnis. seperti yang diakui banyak pelaku industri, tantangan terbesar bukan pada teknologinya, melainkan pada manusia yang menggunakannya.

Hal itu menjadi benang merah dalam forum “AI in Action” yang digelar di Thamrin Nine Ballroom Jakarta, oleh AiSensum, dan didukung oleh Surveysensum beberapa waktu lalu. Dalam forum tersebut, berbagai perusahaan berbagi cerita transformasi teknologi mereka.

Chief AI Office, AISensum, Ray, menjelaskan, dampak AI bukan ditentukan oleh ukuran perusahaan, tapi oleh kemampuan belajar dan beradaptasi perusahaan. “Keberhasilan AI bukan soal skala, tapi fokus dan kecepatan belajar,” ujar Ray melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, (4/11).

Siloam Hospitals ungkap dampak penerapan AI ke bisnis 

RS Siloam Sriwijaya Palembang (Dok: RS Siloam Sriwijaya)

Cerita penerapan AI datang dari Siloam Hospitals, jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia dengan 41 cabang di seluruh Indonesia. Tantangan mereka sederhana namun besar: bagaimana memastikan setiap interaksi pasien mengikuti standar operasional yang ketat. 

Sebelumnya, pengawasan kualitas hanya mengandalkan metode sampling, sehingga banyak percakapan yang luput dari evaluasi. Kini, berkat sistem berbasis AI, setiap interaksi di front office dapat dianalisis secara real-time, menilai kepatuhan SOP sekaligus menandai area yang perlu diperbaiki.

Dampaknya nyata. Tingkat kepatuhan bisnis mencapai 98 persen, dengan proyeksi peningkatan Net Promoter Score hingga 10 persen. Namun bagi tim Siloam, teknologi ini bukan sekadar alat pengawasan, melainkan sarana pemberdayaan. 

“AI bukan tentang mengawasi, AI memberi tim kami wawasan agar bisa bekerja dengan lebih baik setiap hari,” ujar Anthony Hartono, Operations Services & Supply Chain Management Director dari Siloam Hospitals Group.

Sementara itu, Alpha Aviation Group (AAG), tempat pelatihan para pilot di Filipina, Indonesia & India juga memanfaatkan AI dalam bentuk yang lebih sederhana namun berdampak besar: asisten digital yang membantu memangkas proses administratif agar para instruktur dan staf bisa fokus melatih calon pilot. Mereka menyebutnya Chief Smile Officer, karena benar-benar membuat pekerjaan terasa lebih ringan. 

Setiap karyawan diklaim menghemat sekitar 15 jam kerja per bulan. Namun bagi tim AAG, manfaat terbesarnya bukan sekadar efisiensi, melainkan ruang untuk kembali pada esensi pekerjaan mereka: melatih, membimbing, dan memastikan keselamatan penerbangan. 

Untuk itu, dalam forum yang sama, AiSensum juga memperkenalkan konsep “90-Day AI Playbook”, panduan sederhana agar bisnis bisa beralih dari ide ke implementasi digital tanpa kehilangan arah. Dari berbagai contoh ini, satu pola implementasi bisnis mulai terlihat: keberhasilan adopsi AI tidak datang dari kompleksitas teknologinya, melainkan dari cara organisasi menggabungkan logika mesin dengan nilai-nilai manusia, rasa ingin tahu, empati, dan juga disiplin. 

Editorial Team