Jakarta, FORTUNE - Tren NFT atau Non-Fungible Token yang kian masif menumbuhkan banyak kreator baru dan kolektor NFT. Menurut Pymnts.com, total volume penjualan NFT hampir melampaui U$2,5 miliar dalam enam bulan terakhir tahun 2021. Adapun total volume penjualan NFT mencapai U$13,7 juta pada tahun 2020.
Lonjakan luar biasa terhadap minat NFT diawali dari kehebohan CEO Twitter, Jack Dorsey, yang menjual cuitan pertamanya dalam bentuk NFT ke publik. Tak hanya itu, sebuah karya seni digital bernama `Everydays - The First 5000 Days` karya seniman Amerika Mike “Beeple” Winkelmann terjual dengan harga US$ 70 juta atau sekitar Rp980 miliar (kurs Rp 14.000) di rumah lelang Christie.
Hal ini mendorong masyarakat untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu NFT hingga bagaimana cara menjual sebuah karya dalam bentuk NFT, khususnya bagi para pelaku industri kreatif. Tingginya perkembangan NFT ini juga tidak lepas dari keberadaan marketplace atau tempat jual beli NFT.
Sebagian besar NFT dibuat atau dicetak dan disimpan berdasarkan smart contract dari blockchain Ethereum, jadi di platform NFT teratas, pembelian dilakukan dengan Ether (ETH), mata uang asli dari jaringan Ethereum. Namun, Anda dapat mengonversi ETH menjadi mata uang fiat seperti dolar AS atau euro di bursa mata uang kripto seperti Binance, Coinbase, Kraken, dan Gemini.
Dalam penjualannya, NFT sangat digemari karena masih belum ada aturan yang mengikat mengenai bentuk apa saja yang dapat dijadikan token dan diubah ke dalam bentuk NFT.
Anda pun bisa mulai membuat NFT dan menjual karya dalam berbagai bentuk, mulai seni digital, lagu, meme, hingga cuitan Twitter. Selain itu, NFT juga dapat menjadi pilihan dalam mengadakan charity melalui lelang karya lewat marketplace NFT.