Blackberry Bold 9780 yang dirilis pada 2010. Shutterstock/Andrey Blumenfeld
Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara perusahaan menentukan strategi dan arah transformasi digital yang efisien? Kita bisa menemukan pelajaran dan temukan jawabannya dari 2 perusahaan yang gagal dalam bertransformasi digital.
BlackBerry atau yang dulunya dikenal dengan nama perusahaan Research In Motion (RIM) didirikan pada tahun 1984 menjadi contoh gagalnya transformasi digital. BlackBerry meluncurkan ponsel genggam pertamanya di tahun 2000, namun pada tahun 2007 mulai mengalami penurunan interest dari pasar.
BlackBerry bahkan sempat menjadi raksasa ponsel dengan lebih dari 85 juta pengguna dan menguasai 50 persen pasar penjualan ponsel di dunia. Namun kejayaan BlackBerry ini hanya bertahan sementara, dan BlackBerry kehilangan lebih dari setengah nilai pasarnya dalam 2 tahun.
Kegagalan BlackBerry yang paling diingat banyak orang karena kalah bersaing dengan inovasi Android dan IOS yang sedang berkembang pesat. Namun sedikit yang mengetahui bahwa dibalik kegagalan utama tersebut, BlackBerry sebenarnya gagal beradaptasi dengan teknologi dalam menghadapi pesaing. Seperti diketahui, BlackBerry terlihat bertahan dengan model handphone qwerty saat ponsel lain sudah menggunakan layar sentuh.
Berikutnya, Yahoo. Kemunduran Yahoo! yang masif dimulai ketika perusahaan itu enggan diakuisisi oleh Google dan Facebook. Selain itu fitur-fitur dalam Yahoo, yang dimiliki oleh kompetitor search engine yang kurang diperhatikan oleh Yahoo juga menjadi bumerang.
Kegagalan yang membuat Yahoo dilupakan oleh penggunanya adalah ketika Google mampu digunakan dalam mobile. Sedangkan Yahoo masih digunakan lewat desktop. Hal ini membuat Yahoo kehilangan fokus bisnisnya dalam menghasilkan revenue dan menargetkan market yang sesuai.
Pentingnya memiliki visi bisnis dalam kompetisi yang masif juga menjadi hal yang patut diperhatikan pelaku usaha. Karena tanpa bisnis fokus yang jelas disertai target market yang tepat, perusahaan akan kesulitan untuk menentukan unique selling point yang ingin ditonjolkan.