Jakarta, FORTUNE - Semakin banyak perusahaan di bidang kesehatan wanita yang beralih ke AI, termasuk pula klinik kesuburan serta rumah sakit. Teknologi revolusioner ini dimanfaatkan klinik kesuburan untuk proses fertilisasi in vitro (IVF) atau lazim disebut bayi tabung.
Di klinik kesuburannya di New York City, Dr. Alan Copperman baru saja menyelesaikan salah satu dari beberapa pengambilan sel telur yang akan dia lakukan hari itu. Meskipun Copperman telah membantu orang-orang di semua tahap proses fertilisasi in vitro (IVF)—mulai dari persiapan pengambilan sel telur hingga implantasi embrio—selama lebih dari tiga dekade, dia kini mengandalkan mitra baru untuk membantunya mengambil keputusan: buatan intelijen.
“Kami telah beralih dari tingkat makro, ke penggunaan informasi dibandingkan pengalaman anekdotal untuk membantu mendorong keputusan dan intervensi,” kata Copperman, yang merupakan pendiri klinik kesuburan RMA di New York dan profesor kedokteran klinis di Icahn School of Medicine di Mt. Sinai, melansir fortune.com, Rabu (20/3).
Copperman tidak hanya menggunakan perangkat lunak Alife untuk membantu menginformasikan keputusan bagi pasien. Dia juga menggunakannya untuk merampingkan staf dan penjadwalannya untuk memastikan dia dapat memenuhi permintaan.
“Senang rasanya mengetahui seminggu sebelumnya bahwa akan ada 15 pasien yang akan menjalani pengambilan sel telur pada hari Minggu, karena Anda ingin mengatur staf di akhir pekan dengan tepat. Ini juga bagus dalam memvisualisasikan data terlebih dahulu di berbagai bagian karena orang-orang tertentu dijadwalkan tergantung kapan mereka mendapat menstruasi,” katanya.
Ketika perencanaan IVF dimulai, teknologi akan memasukkan metrik dan membantu membagi algoritme prediktifnya, sehingga sistem dapat membantu sesuai kebutuhan.