Jakarta, FORTUNE - Wall Street tengah menghadapi pertanyaan besar mengenai masa depan kecerdasan buatan (AI): kapan perusahaan-perusahaan teknologi mulai menghasilkan keuntungan nyata dari investasi mereka dalam teknologi ini?
Sejak peluncuran ChatGPT yang memicu perlombaan senjata AI, banyak raksasa teknologi sesumbar inovasi ini akan merevolusi berbagai industri.
Mereka menggunakan alasan ini untuk berinvestasi puluhan miliar dolar dalam pusat data dan semikonduktor yang dibutuhkan untuk menjalankan model AI besar. Namun, produk yang diluncurkan sejauh ini terkesan sepele, seperti chatbot tanpa model monetisasi yang jelas, langkah penghematan biaya seperti pemrograman AI, dan pencarian berbasis AI yang terkadang menghasilkan informasi yang tidak akurat.
Saat ini, Big Tech masih belum menunjukkan hasil signifikan dari investasi miliaran dolar yang dikucurkan. Investor pun mulai merasakan kegelisahan.
Laporan pendapatan Amazon pada Kamis lalu menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, di mana sahamnya turun hampir 9 persen akibat kekhawatiran perusahaan menghabiskan banyak uang untuk AI tanpa hasil yang memadai. Saham Intel juga anjlok 25 persen setelah pengumuman pemotongan biaya sebesar US$10 miliar diikuti pemberhentian puluhan ribu pekerja.
Investor pun kini mempertanyakan nilai dari investasi besar ini. "Apakah semua ini benar-benar bernilai? Atau hanya objek mengkilap yang dikejar industri untuk memenuhi mimpi pertumbuhan tak berujung?" ungkap Keith Weiss, analis dari Morgan Stanley.
