Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Elon Musk mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi Twitter, Senin (25/4). Shutterstock/Sergei Elagin

Jakarta, FORTUNE – CEO Tesla dan orang terkaya di dunia, Elon Musk, dikabarkan akan membatalkan pengambilalihan Twitter. Menurut laporan The Washington Post (8/7), kesepakatan akuisisi platform media sosial senilai US$44 miliar atau Rp659 triliun ini tengah di ujung tanduk.

Menurut sumber anonim dalam laporan tersebut, pihak Elon Musk dikabarkan telah menyetop diskusi seputar pendanaan untuk kesepakatan akuisisi.

Sebagai konteks, Musk dalam pengambilalihan Twitter ini tidak sendiri. Dia bekerja sama dengan sejumlah pihak, seperti perusahan modal ventura Andreessen Horowitz, Fidelity, dan pertukaran aset kripto Binance, demikian The Verge.

Kesepakatan akuisisi ini terancam gagal karena kekhawatiran pihak Musk atas Twitter yang tidak dapat melakukan verifikasi atas akun spam dan bot di platform.

Padahal, manajemen Twitter, dalam keterangan kepada media, Kamis (7/7), mengeklaim telah menghapus 1 juta akun spam setiap harinya. Layanan jejaring sosial ini turut menegaskan pengguna palsunya hanya mencapai 5 persen dari jumlah keseluruhan.

Menanggapi kabar akuisisi tersebut, juru bicara Twitter mengatakan perusahaan senantiasa bekerja sama serta berbagi informasi dengan Musk untuk menyelesaikan transaksi sesuai dengan ketentuan perjanjian merger.

"Kami percaya perjanjian ini adalah untuk kepentingan terbaik semua pemegang saham. Kami bermaksud untuk menutup transaksi dan menegakkan perjanjian merger dengan harga dan persyaratan yang disepakati,” begitu keterangan manajemen Twitter.

Selisih pendapat

Ilustrasi Twitter. Shutterstock/Rokas Tenys

Akuisisi Twitter oleh Elon Musk disebut menjadi berantakan karena miliarder tersebut ragu akan akurasi jumlah bot spam yang dilaporkan oleh Twitter.

Sebelumnya, Musk berkeras jumlah akun bot maupun spam di Twitter jauh lebih tinggi, dan mengancam untuk membatalkan kesepakatannya hingga mendapat konfirmasi tentang persentase yang akurat.

Sementara, Twitter dalam beberapa bulan terakhir telah berkali-kali menyebut angka bot maupun spam tak sampai lima persen dari total penggunanya.

Dalam media briefing baru-baru ini, misalnya, eksekutif Twitter mengatakan perusahaan secara manual melakukan peninjauan ribuan akun setiap kuartal untuk menentukan persentase akun bot dan spam. Perusahaan bahkan memperkirakan jumlah sebenarnya jauh lebih rendah.

Twitter diklaim menggunakan data internal untuk mengonfirmasi nomor bot termasuk seperti alamat IP atau nomor telepon untuk menentukan apakah akun dijalankan oleh manusia.

Namun, Elon Musk menghendaki perkiraan Twitter tersebut diaudit.

Meski demikian, Twitter mengatakan telah berbagi sejumlah data dengan Musk, dan bekerja dengan timnya dalam batas-batas perjanjian pembelian. Akan tetapi, data yang dibagikan itu terbatas dan hanya mencakup data tweet publik, serta bukan data akun pribadi.

Dalam pandangan eksekutif Twitter itu, tak mungkin bagi orang dari luar untuk secara akurat memperkirakan jumlah bot pada layanan tanpa data itu.

Elon Musk memang telah menyampaikan terkait rencana untuk mengubah Twitter, termasuk menyingkirkan akun bot dan spam. CEO SpaceX itu secara keseluruhan ingin Twitter menjadi platform yang mendukung kebebasan berbicara.

Editorial Team