Jakarta, FORTUNE - Banyak perusahaan menghadapi tantangan dalam mengadopsi kecerdasan buatan (AI) untuk layanan pelanggan. Proses implementasi yang rumit, hasil yang kurang konsisten, serta kesulitan menjaga kesesuaian dengan identitas merek membuat pemanfaatan AI belum optimal di dunia usaha.
Menjawab persoalan tersebut, Qiscus meluncurkan AgentLabs dalam forum tahunan Conversa 5.0. Platform ini diperkenalkan sebagai pusat inovasi AI yang dirancang untuk memudahkan bisnis mengintegrasikan AI Agent secara lebih terarah.
“Dengan AgentLabs, kami semakin dekat pada misi untuk memberdayakan percakapan global. Kami percaya masa depan interaksi antara bisnis dan pelanggan harus didukung oleh teknologi kelas dunia yang mampu mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Inilah cara kami membawa bisnis di nusantara, Asia Tenggara, hingga dunia menuju standar baru interaksi pelanggan,” ujar Delta Purna Widyangga, CEO & Co-founder Qiscus, dalam keterangannya, Senin (1/9).
AgentLabs memungkinkan pergeseran peran AI dari sekadar alat otomatisasi menjadi agen yang lebih proaktif, humanis, serta mampu mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan bisnis.
“AgentLabs tidak hanya membantu bisnis menjawab pertanyaan pelanggan, tetapi juga memastikan AI Agent dapat memahami konteks, mengambil keputusan, dan tetap konsisten dengan identitas brand. Inilah yang kami maksud dengan agentic AI, yaitu AI yang bukan hanya reaktif, tetapi juga proaktif dan akurat dalam setiap interaksi,” tutur Evan Purnama, CTO & Co-founder Qiscus.
Kehadiran AgentLabs juga berangkat dari tren global yang menunjukkan percepatan adopsi AI agents. Menurut laporan terbaru The Research Insights, pangsa pasar global AI agents diperkirakan bernilai US$7,63 miliar pada 2025 dan melesat hingga US$50,31 miliar pada 2030, dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) mencapai 45,8 persen. Pertumbuhan pesat ini didorong oleh kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil lebih besar dengan sumber daya lebih sedikit, sekaligus menekan beban pekerjaan manual. AI agents—perangkat lunak cerdas dengan kemampuan belajar dan mengambil keputusan—menjadi elemen penting dalam mengotomatisasi tugas yang sebelumnya menyita waktu dan tenaga.
Laporan yang sama menegaskan bahwa conversational AI dan chatbot telah membawa perubahan revolusioner dalam interaksi pelanggan maupun operasi internal. Agen digital kini membantu perusahaan menangani troubleshooting IT, mendampingi onboarding karyawan baru, hingga mengakses kebijakan organisasi secara instan. Dengan begitu, karyawan memperoleh jawaban cepat tanpa harus menunggu email atau menavigasi portal rumit, sehingga produktivitas meningkat. Adopsi AI agents juga tumbuh signifikan seiring integrasinya dengan platform populer seperti Slack, Microsoft Teams, dan Zoom, menjadikannya bagian dari infrastruktur kerja sehari-hari.
Industri AI agents berkembang cepat karena organisasi menyadari manfaat penerapan antarmuka percakapan dalam CRM, e-commerce, maupun perangkat lunak perusahaan. Solusi terkini bahkan sudah menyediakan dukungan multibahasa, integrasi suara, hingga personalisasi, yang membuat interaksi pengguna lebih mulus dan inklusif.
Selain AgentLabs, Qiscus turut memperkenalkan Helpdesk AI dengan teknologi Revelio AI Search untuk menjawab keluhan klasik pelanggan yang kesulitan menemukan informasi relevan. Fitur ini memungkinkan pencarian menggunakan bahasa sehari-hari, lengkap dengan rujukan artikel serta opsi umpan balik.
Dalam kesempatan yang sama, Qiscus juga menghadirkan WhatsApp Call, yang memungkinkan bisnis memberikan layanan lebih cepat dan personal, mulai dari verifikasi hingga konsultasi. Dengan dukungan berbagai kanal komunikasi populer, langkah ini menegaskan fokus perusahaan pada penguatan ekosistem AI yang lebih terintegrasi di kawasan Asia Tenggara, sembari memanfaatkan momentum pertumbuhan global pasar AI agents yang semakin menjanjikan.