Ilustrasi Serangan DDOS. Shutterstock/Funtap.
Ia mengungkapkan, serangan siber yang terkait dengan ransomware berasal dari berbagai malware yang masuk dalam jajaran top 10 ransomware antara lain, Luna Moth, WannaCry, Locky, LockBit, Darkside, Ryuk, Troldesh, Grandcrab, STOP, Aaurora. Berdasarkan data SmallBiz Trends (2023) menyebut, 1 dari 4 perusahaan terdampak ransomware bangkrut dan 2 dari 4 perusahaan kehilangan reputasi
“Jadi tentunya ini menjadi PR kita bersama bahwa ransomsare menjadi ancaman yang siginifikan,” tegasnya.
Atas kondisi tersebut, kata dia, ada berbagai pembelajaran pembelajaran serangan siber kasus ransomware di Indonesia, menyangkut People, Process dan Technology. Ia merinci, dari sisi people yakni dalam upaya meningkatkan security awareness untuk seluruh organisasi terkait penggunaan teknologi informasi.
“Mewaspadai email sebagai initial access atau pintu masuk sarana penyebaran ransomware, terutama email dengan attachment executable,” jelasnya.
Kemudian, dari sisi proses yakni peningkatan tata kelola keamanan siber level organisasi dan juga memastikan pembaruan update perangkat antivirus dan update perimeter security lainnya. Termasuk kata dia, meningkatkan kebijakan pengelolaan Patch (Patch Management), menerapkan kebijakan least-privilege, melakukan pembatasan eksekusi program dari temporary folder, menerapkan data/systrem backup and recovery.
Tak ketinggalan, dari sisi technology yakni meningkatkan kemampuan Web Filtering. Terpenting dalam pembelajaran serangan siber di Tanar Air kata dia, adalah bermula dari hal sederhana yakni keteledoran kita sebagai karyawan dalam mengunakan akun email asal klik tanpa diperhatikan padahal berbahaya berbahaya. “Bukan hanya email saja, tapi juga sudah banyak di whatapps dan media-media lain,” kata Prima.
Sementara itu, PricewaterhouseCoopers (PwC) menyebutkan bahwa terdapat empat kemajuan teknologi digital yang diharapkan terjadi pada tahun 2045, diantaranya adalah adanya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Blockchain, hingga Quantum Computing. “Apa yang akan terjadi nanti di 2045? peningkatan teknologi seperti apa di masa depan? yang pertama sudah pasti semua serba AI semuanya serba menggunakan artificial intelegent,” tambah Direktur PwC, Budi Santoso.
Kemudian, terkait dengan IoT, ke depannya teknologi akan berkembang lebih pesat dan cepat, hingga munculnya Ibukota baru yang akan berbasis kota pintar atau smartcity.
“Blockchain ini dipakai di banyak area, bedanya sistem blockchain dengan sistem yang kita pakai sekarang, semuanya serba terintegrasi dan terkoneksi, jadi pengelabuhan, penyembunyian informasi akan sangat susah dilakukan semua akan terkonfirmasi dengan distributor legalnya,” imbuhnya.
Adapun, peningkatan teknologi lainnya yang diharapkan ada di tahun 2045 adalah Quantum Computing, di mana pengolahan data akan lebih cepat, serba otomatis, dan dampaknya tentu akan menyasar pada kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya di dalam operasional bisnis, serta ke perizinan-perizinan bisnis yang berhubungan dengan pemerintah.