Jakarta, FORTUNE – Binance baru-baru ini dilaporkan mengalami kehilangan aset mencapai US$12 miliar. Bursa aset kripto terbesar di dunia itu ditengarai terimbas turunnya sentimen kepercayaan investor di tengah kondisi pasar yang lesu.
Laman Crypto Slate melansir laporan Forbes, Rabu (11/1), Binance mendapati arus penarikan dana—atau yang kerap disebut dengan outflow—yang signifikan dalam dua bulan terakhir.
Analisis Forbes berdasar atas dompet Binance menunjukkan bahwa platform pertukaran tersebut telah mengalami arus keluar dengan nominal itu sejak November tahun lalu.
Pada Desember 2022, Binance menyampaikan berita sehubungan dengan data on-chain yang menunjukkan kehilangan aset exchanger US$3 miliar dalam satu minggu. Platform itu mencatat sekitar 4 persen dari total saldo asetnya ditarik.
Pada saat itu, CEO Binance, Changpeng Zhao, meyakinkan pelanggan bahwa jumlah penarikan dana itu tidak signifikan, serta tidak termasuk di antara lima terbesar di bursa. Menurutnya, pelanggan tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.
Namun, sejak saat itu laporan Forbes menunjukkan bahwa bursa aset kritpto terbesar di dunia itu telah kehilangan 15 persen asetnya. Saldo pertukaran Binance Coin (BNB), token asli platform pertukaran ini, telah terpangkas setengah sejak November. Jumlah stablecoin Binance USD yang ada di bursa juga turun 40 persen. Forbes mencatat saldo Polygon (Matic), ApeCoin, dan Gala di bursa juga turun antara 40–50 persen.
Kumpulan data dari berbagai perusahaan data aset kripto secara keseluruhan menunjukkan hampir seperempat aset Binance terkuras dari platforom sejak awal November.