Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Tim Cook, Chief Executive Officer Apple Inc., berbicara selama acara peluncuran iPad 6 di Lane Technical College Prep High School di Chicago, Illinois, AS, 27 Maret 2018. Shutterstock/John Gress Media Inc
Tim Cook, Chief Executive Officer Apple Inc., berbicara selama acara peluncuran iPad 6 di Lane Technical College Prep High School di Chicago, Illinois, AS, 27 Maret 2018. Shutterstock/John Gress Media Inc

Intinya sih...

  • Apple mengalami beban tambahan hingga US$900 juta akibat kebijakan tarif Trump

  • Saham Apple turun 4 persen setelah pengumuman tarif baru Trump yang memicu kepanikan

  • Apple memindahkan sumber iPhone untuk pasar AS ke India dan berkomitmen belanja US$500 miliar di AS dalam empat tahun ke depan

Jakarta, FORTUNE - Dampak finansial kebijakan tarif impor era Presiden Donald Trump terhadap Apple akhirnya terkuak. CEO Apple, Tim Cook, mengungkap perusahaan menanggung beban tambahan signifikan sebesar US$900 juta hanya pada kuartal yang berakhir Juni 2025 akibat tarif tersebut.

Angka beban tarif ini melonjak tajam dibandingkan kuartal II tahun ini, yang menurut Cook hanya mengalami "dampak terbatas". Dalam paparan kepada investor, Cook menolak memberikan proyeksi biaya jangka panjang, merujuk pada kondisi ketidakpastian pasar global. Ia juga tidak menampik potensi penyesuaian harga produk Apple di masa depan sebagai imbas tarif.

“Kami akan mengelola perusahaan sebagaimana yang telah kami lakukan—dengan keputusan yang penuh pertimbangan dan disengaja,” ujar Cook, dikutip Fortune, Jumat (2/5).

Respons Cook, meski berusaha meyakinkan pasar, tampaknya belum sepenuhnya menenangkan Wall Street. Saham Apple merosot 4 persen dalam perdagangan setelah jam kerja, mencapai US$204,94.

Kekhawatiran investor bukan tanpa alasan. Pengumuman tarif baru Trump pada 2 April lalu, termasuk pungutan hingga 145 persen atas barang-barang tertentu dari Cina, telah memicu gelombang kepanikan sebelumnya. Saham Apple sempat anjlok 20 persen dalam beberapa hari, menghapus ratusan miliar dolar dari nilai pasar, sebelum perlahan pulih.

Apple menjadi salah satu perusahaan teknologi yang paling rentan terhadap perang dagang AS-Cina. Hal ini karena sebagian besar produksi perangkat utamanya, seperti iPhone dan MacBook, masih sangat bergantung pada basis manufaktur di Tiongkok.

Kendati demikian, Cook menyebut Apple telah mengambil langkah strategis demi meminimalisasi dampak tarif. Salah satunya adalah diversifikasi rantai pasokan.

“Kami memindahkan sumber iPhone untuk pasar AS ke India,” ujarnya.

Cook menjelaskan, sebagian besar iPhone yang dijual di AS pada kuartal tersebut berasal dari India, lokasi dengan tarif impor yang lebih rendah. Produk lain seperti Mac dan iPad kini banyak diimpor dari Vietnam.

Langkah diversifikasi ini telah digodok Apple sejak beberapa tahun terakhir sebagai respons terhadap risiko konsentrasi produksi.

“Kami belajar bahwa menyimpan semuanya di satu lokasi memiliki risiko yang terlalu besar,” kata Cook.

Meski strategi diversifikasi berjalan, tantangan memindahkan produksi ke Amerika Serikat—seperti yang menjadi agenda Trump untuk menarik kembali manufaktur domestik—bukan perkara mudah.

Cook mengakui proses tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun. Ini disebabkan keterbatasan rantai pasokan domestik serta ketersediaan tenaga kerja terampil. Selain itu, biaya produksi di AS diperkirakan jauh lebih tinggi, berpotensi menaikkan harga jual perangkat hingga ratusan dolar.

Sebagai sinyal niat baik terhadap pemerintah AS, Apple menegaskan komitmen untuk membelanjakan US$500 miliar di negara tersebut dalam empat tahun ke depan. Rencana ini mencakup pembangunan pabrik di Texas untuk memproduksi server serta pembelian cip buatan AS senilai US$19 miliar.

Namun, ketidakpastian masih membayangi industri teknologi. Meskipun Trump akhirnya mengecualikan produk seperti ponsel pintar dari tarif tambahan, kebijakan tarif masih berpotensi menyasar sektor teknologi lainnya pada masa mendatang.

Saat Fortune melakukan konfirmasi mengenai prospek penjualan setelah Juni, Cook memilih untuk tidak berspekulasi, menegaskan terlalu sulit memprediksi perilaku konsumen dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu. Ia juga menolak menjawab apakah tarif akan membuat pelanggan enggan membeli perangkat baru.

Di tengah tantangan perang dagang, kinerja keuangan Apple masih terbilang solid. Pendapatan kuartal yang berakhir pada 29 Maret 2025 naik 5 persen menjadi US$95,4 miliar, dengan laba tumbuh 5 persen menjadi US$24,8 miliar.

Penjualan di AS tumbuh 8 persen menjadi US$40,3 miliar. Sementara itu, penjualan di Cina turun 2 persen menjadi US$16 miliar—penurunan yang menurut Cook akan mendekati nol jika pengaruh nilai tukar dikecualikan.

Editorial Team