Muncul beragam dari raksasa teknologi Amerika Serikat. Microsoft menganggap DeepSeek sebagai pesaing yang layak diperhitungkan, sementara Nvidia menilai kemajuan startup ini menunjukkan pentingnya chip mereka di pasar Cina.
CEO Microsoft, Satya Nadella, menilai kehadiran DeepSeek sebagai bagian dari dinamika industri AI yang sehat. Ia bahkan menyebutnya sebagai "Daud yang menantang Goliat sektor AI."
"Paradoks Jevons terjadi lagi!" tulis Nadella di LinkedIn, Senin (29/1). Ia merujuk pada teori ekonomi yang menyatakan bahwa semakin efisien suatu teknologi, semakin besar permintaan terhadapnya. "Seiring AI menjadi lebih efisien dan mudah diakses, penggunaannya akan melonjak, menjadikannya komoditas yang semakin tak tergantikan."
DeepSeek mengklaim model AI terbaru mereka, R1, setara dengan OpenAI o1 tetapi dikembangkan dengan anggaran jauh lebih kecil. Aplikasi chatbot mereka bahkan menggeser ChatGPT sebagai aplikasi paling banyak diunduh di App Store Apple. Keunggulan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor bahwa dominasi AI AS mulai goyah.
Namun, Nadella melihat DeepSeek sebagai peluang, bukan ancaman. "Melihat model baru DeepSeek, saya sangat terkesan. Mereka benar-benar berhasil mengembangkan model open-source yang efisien dalam komputasi," ujarnya dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos. "Kita harus sangat serius memperhatikan perkembangan AI di Cina."
Berbeda dengan Microsoft, Nvidia menyoroti dampak DeepSeek terhadap industri chip. Nvidia menilai bahwa keberhasilan DeepSeek membuktikan pentingnya chip mereka di pasar Cina.
Pernyataan ini disampaikan pada Senin (27/1) setelah saham Nvidia turun 17 persen menjadi US$ 118,58. Investor khawatir DeepSeek mampu menyaingi OpenAI dengan menggunakan jauh lebih sedikit chip Nvidia dibandingkan perusahaan AI asal AS. Saham pesaing Nvidia, Advanced Micro Devices (AMD), juga turun lebih dari 6 persen menjadi US$ 115,01.
"Karya DeepSeek menunjukkan bagaimana model baru dapat diciptakan menggunakan teknik tersebut, memanfaatkan model yang tersedia secara luas dan komputasi yang sepenuhnya mematuhi kontrol ekspor," kata Nvidia dalam pernyataan yang dikutip Reuters pada Selasa (28/1).
Dalam salah satu makalah penelitiannya, DeepSeek mengungkapkan bahwa mereka menggunakan sekitar 2.000 chip H800 Nvidia yang dirancang agar sesuai dengan aturan kontrol ekspor AS sejak 2022. Namun, para ahli menyatakan bahwa pembatasan ini hanya sedikit menghambat kemajuan AI di Cina.
Menurut Jimmy Goodrich, penasihat senior RAND Corp dalam analisis teknologi, "DeepSeek bukanlah pendatang baru – mereka telah membangun model selama bertahun-tahun. Sudah lama diketahui bahwa DeepSeek memiliki tim yang sangat bagus, dan jika mereka memiliki akses ke lebih banyak komputasi, tak terbayangkan seberapa hebat kemampuan mereka."
Kehadiran DeepSeek menyebabkan gejolak di pasar saham. Nasdaq 100 turun hampir 2,5 persen, S&P 500 merosot 1,8 persen, dan saham Microsoft jatuh 3,8 persen. Nvidia mengalami penurunan terbesar dengan sahamnya jatuh 13 persen di perdagangan pra-pasar.
Sementara itu, DeepSeek dilaporkan mengalami kesulitan menangani lonjakan pengguna baru. Nvidia menilai bahwa proses melayani pengguna ini, yang dikenal sebagai "inference," menunjukkan bahwa chip mereka akan terus dibutuhkan. "Inference membutuhkan sejumlah besar GPU Nvidia dan jaringan berperforma tinggi," kata Nvidia.
Saat ini, Nvidia memasarkan chip H20 yang dirancang agar tetap sesuai dengan aturan kontrol ekspor terbaru. Meskipun kebijakan pembatasan AS membatasi penggunaan chip dalam pelatihan AI, Goodrich menyebut chip tersebut "mungkin adalah chip terbaik di dunia untuk inference." Ia juga mempertanyakan kebijakan ekspor chip AS, terutama terkait penjualan chip Nvidia ke Cina.