Jakarta, FORTUNE – TikTok akhirnya merespons kasus dugaan kebocoran data dua miliar pengguna platformnya. Aplikasi video pendek dari Cina itu membantah klaim bahwa platform telah mengalami peretasan.
Juru Bicara TikTok, Mauren Shanahan, menyatakan perusahaan tidak menemukan bukti pelanggaran keamanan di platform. Menurutnya, data yang bocor itu bukan berasal dari internal perusahaan.
“Kami telah mengkonfirmasi bahwa sampel data yang dipermasalahkan semuanya dapat diakses publik dan bukan karena peretasan sistem, jaringan, atau basis data TikTok,” ujar Shanahan dalam pernyataan resmi, dikutip The Verge, Rabu (7/9).
Kasus dugaan kebocoran data ini mencuat di forum peretasan. Menurut laporan dari Bleeping Computer, peretas “AgainstTheWest” mengaku telah memperoleh data dari server TikTok. Hacker itu menyebut server ini menyimpan lebih dari 2 miliar catatan dan data pengguna berukuran 790GB.
Namun, menurut Shanahan, Tiktok optimistis bahwa pengguna tidak perlu mengambil tindakan proaktif apa pun dalam kasus dugaan kebocoran ini. “Kami tetap berkomitmen untuk keselamatan dan keamanan komunitas global kami,” ujarnya.