Jakarta, FORTUNE – Sejumlah perusahaan teknologi di Amerika Serikat mulai mengencangkan ikat pinggang dengan menyetop perekrutan karyawan, menghemat biaya, bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Direktur Utama PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, berpendapat perusahaan teknologi memang sempat menangguk hasil positif kala Covid-19 mewabah menyusul peralihan lebih cepat ke gaya hidup digital karena pembatasan sosial.
Namun, situasinya kali ini berbeda, kata Hans. Pasalnya, seiring penyebaran virus corona yang mulai mereda, masyarakat kembali berkegiatan secara normal dan di saat sama mengurangi aktivitas digital.
“Di sisi lain, suku bunga acuan saat ini sedang naik. Perusahaan teknologi itu masih banyak yang rugi maupun mengandalkan pertumbuhan jangka panjang. Pertumbuhan jangka panjang itu akan sangat terpengaruh oleh suku bunga acuan. Kalau suku bunga acuannya tinggi, perusahaan teknologi akan turun,” kata Hans kepada Fortune Indonesia, Senin (9/5).
Menurut laman Fortune, Kamis (5/5), sejumlah perusahaan teknologi papan atas mulai melakukan langkah efisiensi seiring kemelut ekonomi global. Pada saat sama, perusahaan modal ventura bosan dengan startup yang menerapkan strategi bakar uang. Di sisi lain, investor juga mencari jenis saham yang lebih aman.
Kasus Meta bisa jadi misal. Induk dari Facebook dan Instagram itu mengurangi target perekrutan dan menyetop lowongan pekerjaan di banyak posisi teknik (engineering).
Lalu, Netflix telah memecat 25 karyawan bagian pemasaran. Sedangkan, RobinHood, platform investasi, memecat 340 karyawan atau hampir 10 persen dari total karyawannya. Itu belum termasuk GoPuff, perusahaan pengiriman cepat dan Better.com, perusahaan kredit kepemilikan rumah (KPR), yang memutuskan kebijakan serupa.
Dikutip dari Antara, The Fed, Rabu (4/5), menaikkan tingkat suku bunga acuan menjadi 0,75 persen hingga 1,0 persen, yang paling tajam sejak 2000. Kebijakan bank sentral ini menyusul inflasi AS yang mencapai 8,5 persen.