McKinsey meramalkan sejak 2017 dalam laporannya “The Automotive Revolution is Speeding”, bahwa kita akan segera mendiami dunia di mana 80 persen dari semua paket akan dikirimkan oleh kendaraan otonom.
Biaya tinggi dan inefisiensi jarak tempuh dalam pengiriman menjadi alasan utama perusahaan melakukan otomatisasi. Diharapkan cara ini menjadi bagian menyiapkan pertumbuhan eksponensial di tahun-tahun mendatang. Sebelum Alibaba Group, beberapa perusahaan berikut ini pernah mengembangkan dan melakukan uji coba pengiriman dengan robot self-driving.
Amazon Prime Air adalah sistem pengiriman yang dikembangkan oleh Amazon yang dirancang untuk mengirimkan paket dengan aman kepada pelanggan menggunakan kendaraan udara tak berawak (drone).
Dengan sistem ini, pelanggan dapat memilih dari pilihan barang-barang di gudang Amazon di dekat rumah mereka dan dikirim dalam waktu kurang dari 30 menit. Terbang dengan ketinggian sekitar 121 meter, drone mampu membawa paket hingga 2,3 kilogram, dipandu oleh GPS dan menggunakan apa yang disebut teknologi “sense-and-avoid”.
Amazon mengirimkan paket melalui udara untuk pertama kalinya pada Desember 2016, di Cambridge, Inggris, dan mereka berencana untuk memperluas uji coba mereka secara lebih luas.
Starship didirikan oleh Ahti Heinla dan Janus Friis, dua anggota tim yang memprakarsai Skype. Perusahaan ini menjadi salah satu yang menggunakan pengiriman otonom paling maju dengan kantor di Inggris, Estonia, Jerman dan AS.
Mereka mengklaim bahwa robotnya telah mengirimkan barang kepada lebih dari 12 juta orang di lebih dari 100 kota di seluruh dunia. Dan saat ini memiliki sekitar 100 robot yang dikerahkan di delapan kota di Eropa dan AS. Klien Starship termasuk Domino’s Pizza, yang sudah menggunakan robot Starship untuk sebagian kecil dari pengiriman makanan cepat saji di Jerman dan Belanda.
Perusahaan logistik Fedex mengumumkan robot otomatis dapat mengantar paket. Bernama Fedex SameDay Bot, robot ini diinformasikan dapat mengirim barang lebih efisien. Dilansir dari The Verge (5/10), SameDay Bot ditenagai oleh baterai dengan kecepatan hingga 15 km/jam.
Karena dapat berjalan secara otomatis, robot ini diklaim mampu melakukannya di antara pejalan kaki dan lalu lintas menggunakan kombinasi sensor LIDAR seperti yang ditemukan di mobil otonom dan kamera biasa.
SameDay Bot memiliki beberapa fitur yang menjadikannya berbeda dibandingkan robot pengantar lain. Ia dikembangkan oleh insinyur Dean Kamen, yang sebelumnya menciptakan Segway, iBot, dan kursi roda yang dapat menaiki tangga.
Jingdong, atau JD.com, perusahaan e-commerce terbesar kedua di Tiongkok setelah Alibaba, telah merancang dan mengembangkan robot ADR berbasis darat dan beroda empat yang mengirimkan barang pertama mereka pada Juni 2017. ADR besutan Jingdong dapat membawa lima paket sekaligus dan melakukan perjalanan hingga 20 kilometer saat terisi penuh.
ADR mereka juga dapat mendaki tanjakan 25 derajat, menemukan rute terpendek dari gudang ke tujuan, dan mengirim pesan teks kepada penerima saat sudah tiba. Namun, JD telah mengurangi biaya pembuatan robot-robot ini dan sedang menguji jaringan pengiriman drone terbesar di dunia—termasuk drone yang mampu menopang hingga bobot 2.200 pon.
Nuro didirikan oleh dua mantan insinyur Google, Dave Ferguson dan Jiajun Zhu, yang sebelumnya bekerja di proyek mobil self-driving Google. Mereka merancang ADR kecil berkecepatan rendah untuk melayani pengiriman lokal. Barang yang dikirim berupa bahan makanan, pekerjaan binatu, paket atau pesanan take-out pelanggan.
Alih-alih mengadaptasi desain kendaraan yang ada agar sesuai dengan model mereka, insinyur mereka malah membangun sesuatu yang sama sekali baru. Prototipe pertama Nuro memiliki semacam “pegangan” di bagian atap yang berfungsi sebagai platform untuk berbagai sensor kendaraan—termasuk LIDAR, kamera, dan radar.
Berbagai solusi pengiriman otonom yang saat ini sedang dikembangkan dan diuji menciptakan gambaran masa depan dan berpotensi besar-besaran merevolusi sektor logistik. Akankah kurir konvensional akan digantikan robot pengantar canggih ini?