Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
NFT ‘Indonesia Nusantara’ by NeverTooLavish dan Holykillers 'Squalor Iron Frame'/Dok. NFTL

Jakarta, FORTUNE - NFT atau non-fungible token ibarat antik yang memiliki ‘kekuatan magis’ tersembunyi. Karya-karya fenomenal pun kian diburu para investor aset digital. Supervisory Board dan pendiri Asosiasi Blockchain Indonesia, Steven Suhadi, mengatakan hanya ada satu orang yang memiliki versi asli NFT, sama seperti mereka memiliki sebuah aset atau barang berharga di dunia nyata. Kepemilikan ditandai dengan sertifikat kepemilikan digital yang tersimpan di dalam blockchain. 

“Ibarat lukisan Monalisa, jika hilang atau rusak kan tidak ada gantinya. Konsep yang cuma one unique item, sekarang berupa digital. Bikin artikel atau gambar juga bisa diduplikasi. Tapi NFT ini adalah unique item yang memang cuma satu,” katanya kepada Fortune Indonesia (8/9).

Pertumbuhan transaksi NFT pun mengalami lonjakan yang signifikan. Merujuk dari Reuters, volume penjualan NFT pada kuartal III-2021 melonjak hingga US$10,7 miliar. Padahal, pada kuartal II-2021 lalu, volume penjualannya baru sebesar US$1,3 miliar alias naik delapan kali lipat. Hal ini menandakan NFT sudah semakin diterima masyarakat dan mengalami pertumbuhan permintaan yang tinggi. 

Lalu, bagaimana membangun value NFT sebagai digital artwork dan seperti apa karya yang diminati kolektor?

Bagaimana kurator menilai karya NFT?

CEO dan Co-Founder NeverTooLavish, Muhammad Haudy, memandang positif NFT karena bisa menjadi medium bagi kreator untuk mengomersialkan karya. Namun, menyoal kualitas karya NFT, tentu ada hal-hal yang harus diperhatikan agar memiliki nilai (value) dan bisa dikoleksi sebagai karya seni. 

Value of an art itu akan terbentuk Ketika orisinalitas dari art-nya bisa dibuktikan, sedangkan kalau kita bicara digital tidak bisa dibuktikan. Dengan adanya NFT di dalam blockchain ini pembuktian terhadap kepemilikan itu bisa dilakukan,” katanya.

Eunice Nuh sebagai kurator dan promotor NFToolavish (NFTL) menegaskan, proses value creation NFT tidak mudah. Untuk mendapat value yang bagus harus konsisten membangun, bukan hanya seasonal artist melainkan harus betul-betul dipercaya publik. Para kolektor pun akan melihat karya yang ketika dibuat menjadi NFT memang punya nilai sebagai karya seni dan bisa dikoleksi sebagai karya seni. 

“Kita lihat dari ciri khas garisnya garis dia, tokoh atau ilustrasi ciri khas di karya, itu akan menambah keotentikan dan value tadi. Karena untuk membangun value (body of work) sangat tidak gampang, bentuk fisik tidak gampang apalagi dalam bentuk token ini,” ujarnya saat ditemui Fortune Indonesia.

Dia menambahkan, sebagai wadah para kreator NFT, peran NFTL  akan  menjembatani  kolektor dan  investor  dengan  para kreator,  serta  dapat  menjamin keotentikan karyanya. Dia mengingatkan, kolektor sebaiknya jangan sebatas ikut-ikutan hype. Baginya, aset NFT yang layak koleksi adalah aset NFT yang punya nilai. Misalnya, lukisan dari pelukis Basuki Abdullah yang di dunia nyata karya seninya memang sudah dijadikan incaran para kolektor.

“Mereka percaya karena ada value yang di create sepanjang sejarah. Jadi, NFT yang diharapkan keluar dari NFTL bukan anak kemarin sore yang mengerjakan,” kata Eunice.

Bagaimana meyakinkan kolektor dan menentukan harga?

Editorial Team

Tonton lebih seru di