TECH

Alasan Efisiensi Bisnis, Induk TikTok PHK Ratusan Pekerja

ByteDance pernah melakukan efisiensi pada 2021 & 2022.

Alasan Efisiensi Bisnis, Induk TikTok PHK Ratusan PekerjaBytedance. Shutterstock/askarim
04 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tren pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di perusahaan teknologi tampaknya belum juga menunjukkan tanda-tandai usai. Pada awal tahun ini, giliran ByteDance dikabarkan memangkas karyawannya sebagai langkah efisiensi bisnis.

South China Morning Post (SCMP) melansir, Selasa (3/1), perusahaan induk dari TikTok itu dikabarkan telah memecat ratusan pekerja pada akhir tahun lalu. PHK tersebut menyasar karyawan di berbagai departemen bisnis, termasuk divisi Douyin aplikasi video pendek, serta departemen gim dan real estate.

Namun, jumlah pekerja yang terdampak efisiensi ini disinyalir hanya sebagian kecil dari total karyawan ByteDance yang mencapai 100.000 orang di pelbagai negara.

ByteDance merupakan perusahaan perseorangan. Dengan begitu, mereka tidak berkewajiban mengungkapkan informasi terkait perkembangan bisnisnya kepada publik.

Para karyawan yang dipecat akan mendapat kompensasi berdasarkan lama masa kerja, serta ditambah gaji satu bulan, menurut laporan SCMP.

Meski memangkas pekerja, ByteDance pada saat sama sebenarnya masih aktif merekrut pekerja. Perusahaan itu membuka 10.000 lowongan pekerjaan, mulai dari teknik sampai pemasaran, di kota besar berbagai negara seperti Beijing, London, dan Mountain View, California.

Perampingan operasional

Logo TikTok terlihat pada siluet pegangan smartphone dengan bendera Amerika di bagian belakang. Shutterstock/Ascannio.
Logo TikTok terlihat pada siluet pegangan smartphone dengan bendera Amerika di bagian belakang. Shutterstock/Ascannio.

PHK ini terjadi tidak lama setelah CEO ByteDance, Liang Rubo, menyiratkan kepada karyawannya bahwa perusahaan perlu merampingkan operasionalnya. 

Di lain sisi, ByteDance tengah menghadapi tahun penuh tantangan. Pasalnya, TikTok menghadapi hambatan politik di AS, serta iklim regulasi yang tak menentu di Cina. TikTok bahkan telah dilarang dari semua perangkat pemerintah federal AS. Setidaknya 19 negara bagian telah memblokirnya dari perangkat yang dikelola negara.

Ini bukan pertama kalinya perusahaan yang berusia hampir satu dekade itu melakukan PHK. ByteDance pernah memecat ribuan orang pada 2021 usai pemerintah Cina melarang les privat (private tutoring). Lalu, pada 2022, perusahaan itu memberhentikan ratusan pekerja departemen video game.

Sementara itu, ada suasana ketidakpastian seputar rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) perusahaan. Kepala keuangan Julie Gao memberi tahu karyawan pada September bahwa ByteDance tidak memiliki rencana untuk go public.

Salah satu investor awal di ByteDance, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan perusahaan itu tidak terburu-buru merencanakan IPO. Dia menambahkan belum ada jadwal pasti untuk aksi korporasi tersebut. “Terlalu banyak ketidakpastian,” kata investor tersebut.

Pada sektor teknologi Cina, PHK biasanya dilakukan dengan dalih pengoptimalan bisnis. Praktik sama lazim pula dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan yang berkinerja buruk. Sejumlah raksasa teknologi Cina lain, termasuk Alibaba Group Holdings dan Tencent Holdings, telah menempuh langkah efisiensi pekerja serupa pada 2022.

PHK juga dilakukan para raksasa teknologi Amerika Serikat, mulai dari Alphabet Inc, perusahaan induk dari mesin pencarian Google, Amazon, dan Meta Platforms Inc, perusahaan pengelola Facebook dan Instagram.

Related Topics