TECH

Dalam 2 Bulan, Binance Mengalami Penarikan Dana Sampai US$12 Miliar

Ditengarai terimbas turunnya sentimen kepercayaan investor.

Dalam 2 Bulan, Binance Mengalami Penarikan Dana Sampai US$12 MiliarIlustrasi Binance. Shutterstock/askarim
11 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Binance baru-baru ini dilaporkan mengalami kehilangan aset mencapai US$12 miliar. Bursa aset kripto terbesar di dunia itu ditengarai terimbas turunnya sentimen kepercayaan investor di tengah kondisi pasar yang lesu.

Laman Crypto Slate melansir laporan Forbes, Rabu (11/1), Binance mendapati arus penarikan dana—atau yang kerap disebut dengan outflow—yang signifikan dalam dua bulan terakhir.

Analisis Forbes berdasar atas dompet Binance menunjukkan bahwa platform pertukaran tersebut telah mengalami arus keluar dengan nominal itu sejak November tahun lalu.

Pada Desember 2022, Binance menyampaikan berita sehubungan dengan data on-chain yang menunjukkan kehilangan aset exchanger US$3 miliar dalam satu minggu. Platform itu mencatat sekitar 4 persen dari total saldo asetnya ditarik.

Pada saat itu, CEO Binance, Changpeng Zhao, meyakinkan pelanggan bahwa jumlah penarikan dana itu tidak signifikan, serta tidak termasuk di antara lima terbesar di bursa. Menurutnya, pelanggan tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.

Namun, sejak saat itu laporan Forbes menunjukkan bahwa bursa aset kritpto terbesar di dunia itu telah kehilangan 15 persen asetnya. Saldo pertukaran Binance Coin (BNB), token asli platform pertukaran ini, telah terpangkas setengah sejak November. Jumlah stablecoin Binance USD yang ada di bursa juga turun 40 persen. Forbes mencatat saldo Polygon (Matic), ApeCoin, dan Gala di bursa juga turun antara 40–50 persen.

Kumpulan data dari berbagai perusahaan data aset kripto secara keseluruhan menunjukkan hampir seperempat aset Binance terkuras dari platforom sejak awal November.

Isu kepercayaan

Ilustrasi Binance Coin. Shutterstock/David Sandron.
Ilustrasi Binance Coin. Shutterstock/David Sandron.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Binance tidak hanya mengalami assets outflow sejak November. Meski platform pertukaran kehilangan sejumlah besar Binance USD, bursa pada saat sama mencatatkan saldo Tether (USDT) dan USD Coin yang berlipat ganda pada periode sama. Saat ini, Binance menggenggam US$6,37 miliar dari dua stablecoin tersebut.

Forbes menolak kemungkinan arus keluar Binance sebagai akibat dari gejolak pasar yang lebih luas. Analisisnya melihat platform pertukaran dengan bukti data mengenai dananya yang tersedia untuk publik, dan menemukan bahwa Binance melihat arus keluar paling banyak dalam 30 hari terakhir. Pemain pasar besar lainnya seperti Crypto.com, Bitfinex, Huobi, Bitmex, dan OKEX hanya mencatatkan perubahan satu digit pada aset mereka.

“Situasi tersebut menunjukkan bahwa ada masalah kepercayaan mengenai Binance, dan posisinya sebagai pasar kripto terbesar meningkatkan kemungkinan penularan jika terbukti didanai dengan baik,” begitu laporan Forbes.

Publikasi tersebut menyimpulkan bahwa Binance mengalami “soft run on the bank” dan ada kemungkinan penarikan dana tersebut dapat meningkat.

Terlepas dari itu, industri aset kripto memang tengah memiliki isu kepercayaan. Situasi ini seiring sejumlah kasus platform pertukaran aset kripto. Ambil misal, FTX. Salah satu bursa aset kripto terbesar di dunia yang pada Desember digugat oleh sejumlah investor di Amerika Serikat atas dugaan penipuan. Sebelumnya, FTX mengajukan kepailitan pada November usai mengalami penarikan dana besar-besaran mencapai US$5 miliar dalam satu hari.

Related Topics