TECH

Meski Pendanaan Global Turun, Startup ‘Hijau’ Masih Diminati Investor

Pendanaan startup global turun 34 persen secara kuartalan.

Meski Pendanaan Global Turun, Startup ‘Hijau’ Masih Diminati InvestorPekerja energi alternatif turbin angin dan panel surya. Shutterstock/AlessandroBiascioli
19 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pendanaan untuk perusahaan rintisan teknologi iklim pada kuartal ketiga tahun ini masih mengalir deras, menurut laporan terbaru dari firma riset CB Insights. Situasi tersebut terjadi bahkan di tengah kemerosotan pendanaan bagi perusahaan rintisan secara global.

Pendanaan modal ventura (VC) pada kuartal ketiga 2022 hanya mencapai US$74,5 miliar, atau turun 34 persen dibandingkan kuartal sebelumnya pada tahun sama (quarter-to-quarter/qtq).

Laporan tersebut secara khusus menyebutkan pendanaan untuk startup teknologi Silicon Valley Amerika Serikat merosot hingga 36 persen.

Meski demikian, startup teknologi iklim malah masih diminati oleh investor. Riset CB Insights menunjukkan perusahaan rintisan ‘hijau’ ini berhasil mengamankan lima dari sepuluh kesepakatan besar pada Juli sampai Agustus tahun ini.

Ambil misal Northvort. Produsen baterai dari Swedia ini sanggup meraih US$1,1 miliar dalam bentuk convertible notes dari sejumlah investor Eropa. Adapun pemegang saham terbesar startup ini adalah Volkswagen, salah satu dari sekian banyak produsen kendaraan bermotor yang berinvestasi di perusahaan baterai di tengah penjualan mobil listrik yang meningkat.

Sementara, TerraWatt Infrastructure, perusahaan pengisian kendaraan listrik, meraup US$1 miliar. Lalu, startup teknologi nuklir TerraPower berhasil mengamankan pendanaan US$750 juta, Black Sesame Technologies US$500 juta, dan EnergyX US$450 juta.

Analisis terpisah dari Pitchbook memperlihatkan sektor penangkapan dan penghilangan karbon juga positif tahun ini. Jumlah kesepakatan di sektor tersebut mencapai US$882,2 juta pada kuartal II-2022.

Kasus Indonesia

Ilustrasi keuangan hijau.
Ilustrasi keuangan hijau. (Pixabay/Orlandow)

Di Indonesia, tidak sedikit perusahaan rintisan hijau yang belakangan menerima pendanaan. Sebut misal, Waste4Change. Startup penyedia platform pengelolaan sampah ini baru saja meraih pendanaan seri A senilai US$5 juta dari sejumlah investor terkemuka. Menurut mereka, dana segar akan mendukung upaya perusahaan untuk memperluas jangkauan.

Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama dan diikuti sejumlah investor, yakni Basra Corporation, Paloma Capital, PT Delapan Satu Investa, Living Lab Ventures, SMDV, dan Urban Gateway Fund.

Waste4Change telah hadir di 21 kota di Indonesia dan mengelola lebih dari 8.000 ton sampah per tahun. Perusahaan telah mengumpulkan sampah dari sekitar 100 klien bisnis ke bisnis (B2B), dan lebih dari 3.450 klien rumah tangga.

Sementara, New Energy Nexus, organisasi internasional yang fokus mendukung startup energi baru terbarukan (EBT), telah menyuntikkan pendanaan kepada empat perusahaan rintisan energi bersih.

Dalam keterangan kepada media, Program Director New Energy Nexus Indonesia, Diyanto Imam, mengatakan organisasinya baru-baru ini mengguyur dana ke dua startup, yakni Synergy Efficiency Solutions (SES), perusahaan efisiensi energi, dan SWAP Energi, yang berfokus pada e-mobility.

Kedua perusahaan ini masuk ke dalam portofolio Indonesia 1 Fund. Meski demikian, New Energy Nexus tidak menyebutkan secara terperinci nominal pendanaannya.

Pada Januari 2022, Indonesia 1 Fund juga bekerja sama dengan East Ventures, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, dan Schneider Electric untuk memberikan pendanaan seri A US$21,5 juta atau sekitar Rp308 miliar untuk Xurya, startup EBT.

“Kami melihat peluang yang luar biasa untuk startup energi bersih dan inovasi iklim di Indonesia untuk dapat melakukan revolusi di sektor ini, mengingat Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil,” kata Diyanto, Rabu (30/3).

Related Topics