TECH

Riset: 10 Startup Indonesia yang Berpotensi Jadi Raksasa Digital Baru

Didominasi sektor fintech.

Riset: 10 Startup Indonesia yang Berpotensi Jadi Raksasa Digital BaruIlustrasi startup. Shutterstock/Indypendenz
08 August 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Indonesia diprediksi memiliki 10 perusahaan rintisan yang berpotensi menjadi raksasa digital baru. Ramalan tersebut terdapat dalam laporan KPMG dan HSBC bertajuk Emerging Giants in Asia Pacific.

“Anda melihat apa yang terjadi di Cina selama tahun 2000-an. Di situlah Indonesia sekarang, di hari-hari awal ekonomi digitalnya akan lepas landas,” kata Susanto, Head of Clients and Markets Insurance Practice Leader KPMG Indonesia, dikutip dari laporan tersebut.

Laporan ini disusun berdasar atas lima indikator, yaitu: keunggulan teknologi dan pengetahuan, pemahaman terhadap pasar dan konsumen lokal, penguasaan logistik dan rantai pasok, model bisnis yang sesuai dengan pasar, serta budaya perusahaan yang sanggup menarik talenta terbaik.

Dari jumlah tersebut, enam berasal dari sektor teknologi finansial (fintech), yaitu Stockbit, Payfazz, BukuWarung, Upbanx, OYI, dan Awan Tunai. “Di pasar seperti Indonesia yang memiliki populasi yang sangat tersebar dan seringkali terpencil, keuangan digital terbukti sangat transformasional,” ujar Herani Hermawan, Head of Global Liquidity and Cash Management HSBC Indonesia.

Tiga startup prospektif lain datang dari segmen e-commerce, yakni HappyFresh, Ralali, dan Sirclo. Lalu, Waresix merupakan perusahaan rintisan potensial dari sektor logistik dan rantai pasok.

Perkembangan unicorn

Ilustrasi Startup/ Shutterstock wowomnom

Laporan KPMG dan HSBC juga menyoroti perkembangan sejumlah perusahaan rintisan raksasa di Indonesia. Sebut misal, decacorn PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Entitas bisnis gabungan Gojek dan Tokopedia ini berhasil melantai (IPO) di pasar modal pada Mei 2022. GoTo pun tercatat mampu meraih dana US$1,1 miliar.

Sejumlah perusahaan rintisan juga berhasil meraih status unicorn atau valuasi di atas US$1 miliar, seperti Xendit yang bergerak di bidang keuangan, dan platform investasi Ajaib. Kemudian ada Akulaku yang resmi menyusul keduanya tahun ini.

Cento Ventures, perusahaan modal ventura (venture capital/VC), sebelumnya juga menempatkan Akulaku dan Codapay menjadi startup unicorn baru, dalam laporan bertajuk Southeast Asia Tech Investment 2021, bersama GoTo, Bukalapak, Ajaib, dan Xendit. GoTo bahkan sudah masuk dalam kategori decacorn, perusahaan rintisan dengan valuasi di atas Rp10 miliar atau lebih dari Rp140 triliun.

Perusahaan fintech Akulaku pada Februari meraup dana segar US$100 juta atau Rp1,4 triliun dari Siam Commercial Bank. Investasi tersebut menyusul pendanaan US$125 juta atau Rp1,7 triliun dari Silvehorn Group pada 2021.

Related Topics