Jakarta, FORTUNE – Mastercard menyampaikan pandangannya mengenai perkembangan aset digital, termasuk kripto dan token yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT). Menurut perusahaan jasa keuangan tersebut, aset kripto saat ini, lebih cocok dianggap sebagai kelas aset ketimbang alat pembayaran.
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Chief Financial Officer Mastercard, Sachin Mehra, menyampaikan optimismenya terhadap masa depan aset kripto.Meski demikian, dia berpendapat, aset kripto belum bisa diandalkan sebagai alat pembayaran karena nilainya yang flukatif. Karakter tersebut yang akhirnya membuat konsumen sulit menggunakan aset kripto untuk transaksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari.
“Jika sesuatu nilainya berfluktuasi setiap hari, seperti kopi Starbucks Anda hari ini berharga US$3 dan besok harganya akan menjadi US$9 dan lusa harganya akan dikenakan biaya satu dolar, itu masalah dari sudut pandang pola pikir konsumen,” kata Mehra, seperti dilansir dari Bitcoin.com.
Karena itu, Mastercard menganggap kripto lebih pas dianggap sebagai kelas aset investasi. Di sisi lain, Mastercard menganggap aset kripto berjenis stablecoin dan mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC) berpotensi memiliki peluang untuk menjadi alat pembayaran.
Sesuai namanya, Stablecoin merupakan mata uang aset kripto yang dirancang untuk memiliki harga stabil dan tak bergejolak. Jenis aset ini biasanya dipatok ke mata uang seperti dolar Amerika Serikat (AS). Dikutip dari coinmarketcap, berikut sejumlah aset kripto yang berkarakter stablecoin, seperti Tether (USDT), USD Coin (USDC), Binance USD (BUSD), dan lainnya.
Sementara, CBDC mengacu kepada bentuk virtual atau elektronik suatu mata uang fiat. Bentuknya adalah catatan elektronik atau token digital dari mata uang resmi yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (seperti bank sentral) dalam suatu negara.