Mengenal E-commerce dalam Ekonomi Digital: Arti, Manfaat, dan Jenis

Jakarta, FORTUNE – E-commerce merupakan salah satu sektor penting dalam lanskap ekonomi digital. Kehadirannya yang didorong teknologi mutakhir memudahkan konsumen berbelanja, serta memungkinkan tersedianya akses bagi pengguna untuk berbisnis maupun meningkatkan pendapatannya.
E-commerce terdiri dari dua kata, yakni electronic dan commerce. Secara sederhana, e-commerce ini berarti perdagangan elektronik. Itu merujuk kepada pelbagai proses perdagangan, mulai dari pemesanan, sampai pengiriman barang, dilakukan melalui jaringan elektronik atau online.
Jadi, e-commerce adalah platform yang memungkinkan penjualan maupun pembelian barang secara elektronik, menurut laman Xendit.
Dikutip dari Investopedia, perdagangan elektronik ini juga mengacu kepada perusahaan maupun individu yang membeli dan menjual barang dan jasa melalui internet.
Saat ini, hampir setiap produk dan layanan tersedia di e-commerce, mulai dari buku, tiket pesawat, pakaian, produk elektronik, alat rumah tangga, dan lain-lain. Karenanya, teknologi e-commerce dianggap sebagai disrupsi dalam perekonomian.
Manfaat e-commerce
Sebagai sebuah inovasi teknologi, e-commerce memiliki sejumlah keunggulan maupun manfaat, seperti menghemat waktu dari sisi konsumen. Secara umum, berikut sejumlah kelebihan e-commerce dilansir dari pelbagai sumber.
- Meningkatkan efisiensi dan tenaga.
Menurut laman Majoo, e-commerce memungkinkan proses jual-beli tidak dilakukan secara konvensional dengan tatap muka. Dengan perdagangan elektronik, proses promosi, pemasaran, pemesanan, sampai pembayaran dan pengiriman produk bisa dilakukan melalui platform.
- Meningkatkan transaksi antar wilayah
Menyitir KoinWorks, perdagangan elektronik memiliki kelebihan untuk meningkatkan transaksi antar wilayah dalam suatu negara, atau bahkan antarnegara. Penjual dapat memiliki cakupan pasar yang lebih luas, dan pembeli juga beroleh keuntungan karena memiliki banyak pilihan serta bisa mendapatkan barang dengan harga terbaik.
- Tidak perlu toko fisik
Dalam e-commerce, penjual tidak perlu memiliki toko fisik untuk berjualan. Itu berarti para penjual bisa menghemat biaya karena tidak harus mengeluarkan dana untuk perawatan bangunan, sewa tempat, dan lain-lain.
Pada saat sama, berbisnis e-commerce juga tidak perlu memiliki modal besar terlebih dibandingkan dengan yang konvensional seperti membuka toko fisik.
- Bisnis fleksibel
Pengoperasian dan pengelolaan e-commercei tidak terbatas ruang dan waktu. Penjual tidak perlu pergi ke toko, membuka, dan menutup toko setiap hari. Mereka cukup bekerja di rumah untuk melangsungkan bisnisnya.
Dari sisi konsumen, hal ini juga memudahkan mereka untuk melihat katalog produk. Selain itu, mereka beroleh pilihan produk dengan harga yang beragam pula.
- Usaha memiliki potensi untuk berkembang
Penggunaan e-commerce memungkinkan penghematan dari sisi biaya. Dengan begitu, dana hasil menghemat dapat digunakan untuk mengembangkan usaha.
Selain itu, e-commerce juga memungkinkan penjual mendapatkan konsumen yang jauh lebih banyak serta dari pelbagai tempat. Dengan semakin banyaknya konsumen, maka semakin besar juga keuntungan yang bisa didapat.
Jenis-jenis e-commerce
E-commerce memiliki sejumlah model bisnis. Berikut daftar jenis e-commerce, sebagaimana dilansir dari laman Xendit.
1. Business to Business (B2B)
Jenis e-commerce ini dilakukan antara produsen atau perusahaan dengan perusahaan. Biasanya, barang yang dipesan dalam jumlah banyak atau grosir, serta harganya kompetitif.
Contoh e-commerce yang menggunakan B2B adalah indotrading, indonetwork.com. Beberapa produk yang biasanya diperdagangkan antara lain bahan industri, bahan dasar pabrik, produk bahan kimia dan sejenisnya.
2. Business to Consumer (B2C)
Jenis bisnis ini sangat umum dilakukan oleh banyak pelaku bisnis baik pemula maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebab, perusahaan langsung menjual produk kepada konsumen.
Proses transaksi akan berlangsung dengan cepat dan bahkan harga produk bisa berada di bawah pasar.
Beberapa contoh e-commerce ini adalah Shopee, Lazada, Tokopedia, atau Blibli.
3. Consumer to Consumer (C2C)
E-commerce jenis ini termasuk populer di kalangan pelaku bisnis. Ia mempertemukan konsumen pada platform digital maupun fisik. Untuk offline, mereka bertemu karena metode pembayaran yang diinginkan adalah cash on delivery (COD).
Beberapa contoh e-commerce jenis ini yang biasa digunakan antara lain Bukalapak atau OLX.
4. Consumer to Business (C2B)
Jenis ini mempertemukan antara konsumen dengan perusahaan atau pebisnis. Biasanya pebisnis mencari produk yang telah dimiliki oleh konsumen. Jika berminat, biasanya pebisnis akan memberi harga yang layak kepada konsumen.
Contoh e-commerce jenis ini adalah freelancer atau sribulancer.
5. Business to Administrasion (B2A)
Pada e-commerce ini, perusahaan menjalin kerja sama dengan pihak pemerintah. Model kerja samanya pun secara umum menyangkut sektor publik.
Contohnya, pemerintah butuh aplikasi untuk membuat e-KTP. Oleh karena itu, pemerintah akan menghubungi pihak swasta yang benar-benar ahli dalam hal tersebut.