Jakarta, FORTUNE – PT Indosat Tbk mengumumkan kinerja keuangan kuartal pertama tahun ini. Dalam laporan keuangan yang baru dirilis, Kamis (28/4), Indosat pada Januari-Maret 2022 meraup pendapatan Rp10,87 triliun, atau meningkat 48,0 persen dari Rp7,35 triliun pada periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Secara terperinci, pendapatan seluler Indosat tumbuh 55,1 persen menjadi Rp9,38 triliun. Setelahnya, pendapatan multimedia, komunikasi data, dan internet (MIDI) dan telekomunikasi meningkat masing-masing 12,1 persen dan 39,5 persen.
Meski demikian, sejumlah beban perusahaan berkode ISAT ini ikut naik. Beban penyelenggaraan jasa, misalnya, meningkat 69,7 persen menjadi Rp5,29 triliun. Lalu, beban penyusutan dan amortisasi naik 32,7 persen menjadi Rp3,31 triliun. Itu belum termasuk beban karyawan, pemasaran, umum dan admnistrasi yang juga meningkat.
Karenanya, laba Indosat turun 25,2 persen menjadi Rp128,7 miliar dari sebelumnya Rp172,2 miliar. Sebagai perbandingan, perseroan pada 2020 rugi Rp605,61 miliar. Akan tetapi, laba Indosat sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) naik 29,1 persen menjadi Rp4,38 triliun.
Vikram Sinha, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), mengatakan kinerja tersebut merepresentasikan visi perseroan melalui merger, peningkatan skala, dan kemampuan finansial. “Kami berkomitmen untuk terus menghadirkan inovasi produk, mengintegrasikan jaringan, dan menempatkan pengalaman pelanggan sebagai fokus utama operasional bisnis ,” kata Vikram dalam rilis resmi, dikutip Jumat (29/4).
Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia tahun lalu resmi melakukan penggabungan usaha. Merger dua operator telekomunikasi ini mencapai US$6 miliar atau setara dengan Rp87 triliun. Perusahaan gabungan ini diberi nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan kemarin saham ISAT mencapai Rp7.000 per saham. Dalam enam bulan terakhir, nilai sahamnya meningkat 1,1 persen, dan dalam setahun tumbuh 6,9 persen.