Menurut Fiki, Microsoft terlibat aktif dalam mengadvokasi kelestarian lingkungan di ruang publik, dan bermitra dengan para pemangku kepentingan demi mencapai hal ini.
"Mengingat bagaimana solusi digital berbasis cloud kini memainkan peranan yang semakin penting dalam kehidupan kita, ketersediaan umum Microsoft Cloud for Sustainability kami harap dapat mempercepat berbagai upaya sustainability yang ada," ujarnya.
Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mencapai netral karbon pada tahun 2060, di mana komitmen ini harus ditindaklanjuti dan menjadi tanggung jawab bersama.
"Kelestarian lingkungan sudah bukan lagi menjadi upaya CSR organisasi, melainkan faktor pendorong kesuksesan bisnis dan ekonomi yang begitu kritikal," kata Fiki.
Menurut Fiki, elemen sustainability, perlu menjadi bagian utama dari seluruh kegiatan operasional bisnis. Dengan tersedianya Microsoft Cloud for Sustainability, ada beberapa bantuan bagi organisasi yang dapat dilakukan oleh Microsoft dan mitra mereka.
Pertama adalah menyatukan data intelligence secara lebih efektif, melalui pengumpulan dan penghubungan data IoT di perangkat, dengan layanan di edge atau pun cloud yang komprehensif.
Microsoft Sustainability Manager akan membantu organisasi untuk mencatat, melapor, dan mengurangi dampak lingkungan mereka secara mudah melalui koneksi data yang lebih terotomatisasi, sehingga memberikan insights yang dapat ditindaklanjuti.
Selain itu, dapat membangun sustainable IT infrastructure yang andal dan tangguh dengan memindahkan beban kerja ke cloud, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan karbon dan energi.
Aplikasi Emissions Impact Dashboard di Microsoft Cloud for Sustainability akan menyediakan pengguna dengan informasi transparan mengenai emisi yang mereka hasilkan dari penggunaan layanan komputasi awan Microsoft-nya.
Selanjutnya, mengurangi dampak lingkungan kegiatan operasional. Di sini, organisasi dapat memaksimalkan efisiensi aset dan produknya, serta bertransisi ke energi bersih, berbekal solusi digital yang dihadirkan.
Terakhir, menciptakan rantai nilai yang lebih berkelanjutan. Melalui teknologi digital, organisasi juga memiliki transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik terhadap rantai nilai mereka–mulai dari bahan baku, pengembangan produk, hingga distribusi.
Adanya pendekatan data-first dapat membantu organisasi mendapatkan visibilitas yang dibutuhkan untuk mendorong efisiensi, mengurangi emisi, dan merancang pengelolaan limbah.