Jakarta, FORTUNE – Startup aset kripto mulai ikut mengalami kesulitan di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak. Pendanaan untuk perusahaan rintisan aset kripto mulai menunjukkan perlambatan, menurut data dari perusahaan riset Pitchbook.
Dikutip dari The Business Times, Kamis (14/7), pendanaan startup aset kripto kuartal kedua tahun ini turun 31 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) menjadi US$6,76 miliar atau sekitar Rp101,6 triliun. Jumlah pendanaan tersebut dianggap sebagai yang terendah dalam setahun, menurut Pitchbook.
“Industri aset kripto sekarang mencerminkan aktivitas yang lamban di antara investor teknologi dan modal ventura,” kata Robert Le, Fintech Analyst di Pitchbook. "Semua orang benar-benar ragu untuk menutup kesepakatan sekarang.”
Kuartal kedua tahun ini dianggap memberikan pandangan yang lebih benar soal perusahaan rintisan aset kripto. Sebab, pada kuartal sebelumnya, pendanaan startup aset digital dari perusahaan modal ventura mencapai rekor tertinggi, dengan nilai US$9,85 miliar atau setara Rp148,1 triliun.
“Meskipun pasar aset kripto mulai melambat pada November, Desember, kesepakatan itu sudah dalam diskusi, jadi ditutup pada kuartal pertama,” jelas Robert Le.
Startup aset kripto dianggap ikut terdampak oleh kemelut ekonomi—yang sebelumnya menimpa pasar mata uang digital ataupun saham dan modal ventura—pada sepanjang tahun.
Industri aset kripto belakangan dinilai menjadi tidak pasti akibat sejumlah perkara. Sebut misal, krisis stablecoin TerraUSD. Lalu, masalah keuangan di perusahaan pemberi pinjaman, seperti Celcius Network dan Babel Finance. Belum lagi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sejumlah perseroan seperti Coinbase, Gemini Trust, dan Crypto.com.