Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi logo Open AI (pexels.com/Andrew Neel)
ilustrasi logo Open AI (pexels.com/Andrew Neel)

Jakarta, FORTUNE - Persaingan di dunia kecerdasan buatan (AI) semakin sengit. Di tengah tekanan untuk mempercepat inovasi sambil menjaga keamanan, akurasi, dan performa, kebutuhan akan daya komputasi besar pun jadi salah satu faktor penentu siapa yang bisa menguasai peta AI global.

Di tengah persaingan, OpenAI mengambil langkah jitu dalam pengembangan teknologi AI. Perusahaan yang dinakhodai Sam Altman ini meneken kontrak jumbo dengan raksasa teknologi Oracle. Nilai kerja sama untuk pembelian layanan komputasi awan tersebut mencapai US$300 miliar atau setara Rp4.938 triliun.

Kesepakatan dengan nominal fantastis ini digadang sebagai salah satu kontrak cloud terbesar yang pernah ada. Bagi OpenAI, perjanjian ini menjadi bukti betapa vitalnya kapasitas komputasi dalam melatih sekaligus mengoperasikan model AI mutakhir.

Menurut laporan The Wall Street Journal yang dikutip TechCrunch, Selasa (16/9), kontrak dengan Oracle itu akan efektif pada 2027 dan berlaku selama lima tahun. Selain memperkuat infrastruktur, langkah ini dinilai sebagai strategi untuk mengurangi ketergantungan OpenAI pada penyedia layanan cloud utama yang selama ini menjadi partner dekatnya, yakni Microsoft.

Meski begitu, hubungan dengan Oracle bukanlah hal yang benar-benar baru. Sejak musim panas 2024, OpenAI sudah memanfaatkan infrastruktur cloud Oracle. Bahkan, awal tahun ini perusahaan juga diberitakan menjalin kontrak serupa dengan Google. Diversifikasi penyedia cloud ini krusial mengingat kebutuhan daya komputasi OpenAI terus melonjak di tengah kompetisi global AI yang semakin intens.

Kontrak besar dengan Oracle juga terkait erat dengan proyek ambisius bernama Stargate. Proyek ini melibatkan OpenAI, SoftBank, dan Oracle, dengan total investasi hingga US$500 miliar atau sekitar Rp8.230 triliun dalam empat tahun mendatang. Dana masif itu akan diarahkan untuk membangun pusat data skala raksasa yang ditujukan sebagai fondasi superkomputer bagi generasi baru AI. Skema multi-mitra seperti ini diyakini menjadi solusi agar suplai komputasi tetap stabil dan terjamin, sekaligus mendukung laju inovasi yang ditargetkan OpenAI.

Melansir The Verge, kontrak resmi OpenAI dengan Oracle akan mulai berjalan pada 2027. Selain itu, OpenAI yang diperkirakan meraup pendapatan hingga US$12,7 miliar tahun ini, juga disebut menjalin kontrak senilai US$10 miliar dengan produsen semikonduktor Broadcom untuk merancang chip AI miliknya sendiri

Kabar kontrak senilai triliunan rupiah ini muncul setelah saham Oracle meroket, usai pengumuman perusahaan bahwa mereka telah menandatangani sejumlah kontrak bernilai miliaran dolar dengan klien besar yang tidak diungkapkan. Spekulasi pun merebak bahwa salah satunya adalah OpenAI.

Hingga kini, baik Oracle maupun OpenAI belum memberikan konfirmasi resmi. Namun, jika benar, kesepakatan ini akan memperkokoh posisi Oracle sebagai penyedia infrastruktur cloud yang kian vital bagi ekosistem AI global, sekaligus memberikan keuntungan finansial besar bagi perusahaan.

Editorial Team