Jakarta, FORTUNE - OpenAI secara resmi menghadirkan o1-pro untuk pengembang melalui Application Programming Interface (API). Model ini merupakan versi yang lebih bertenaga dari o1 dengan peningkatan daya komputasi yang signifikan. Namun, biaya penggunaannya jauh lebih tinggi dibandingkan pendahulunya.
Saat ini, akses ke o1-pro masih terbatas bagi pengembang tertentu yang telah membelanjakan setidaknya US$5 (sekitar Rp82.364) di layanan API OpenAI. Tarif pemrosesan model ini mencapai US$150 (sekitar Rp2,47 juta) per juta token untuk input dan US$600 (sekitar Rp9,88 juta) per juta token untuk output.
OpenAI mengklaim bahwa o1-pro menawarkan lompatan performa dibandingkan versi sebelumnya. Dengan jendela konteks 200 ribu token, dukungan input gambar, serta kemampuan menghasilkan output terstruktur yang lebih presisi, model ini dirancang untuk memberikan respons yang lebih akurat. OpenAI menyatakan bahwa keputusan merilis model ini didorong oleh tingginya permintaan dari komunitas pengembang yang membutuhkan solusi AI lebih andal. Model ini diharapkan dapat menangani tantangan yang lebih kompleks dengan stabilitas lebih baik.
Meskipun demikian, o1-pro bukan ditujukan untuk pengguna umum. OpenAI menargetkan model ini bagi pengembang yang mengembangkan AI agent atau aplikasi berbasis AI yang membutuhkan ketepatan tinggi. Saat ini, o1-pro hanya dapat diakses melalui Responses API dan Batch API.
Menurut laporan TechCrunch, sejak pertama kali tersedia di ChatGPT Pro pada Desember 2024, o1-pro masih belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi. Beberapa pengguna melaporkan bahwa model ini mengalami kesulitan dalam menyelesaikan teka-teki Sudoku dan terkecoh oleh ilusi optik sederhana. Bahkan, uji coba internal OpenAI menunjukkan bahwa peningkatan performanya tidak terlalu drastis dibandingkan model sebelumnya. Meskipun lebih unggul dalam pemrograman dan matematika, lonjakan harga yang ditetapkan dinilai tidak sebanding dengan peningkatan kapabilitasnya.