Jakarta, Fortune – Pasar smartphone dunia lesu di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data International Data Corporation (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker, pengiriman smartphone global tumbuh sebesar 1 persen secara tahunan (YoY) menjadi 295,2 juta unit pada kuartal kedua 2025 (2Q25).
Meskipun pasar masih tumbuh positif, ketidakpastian yang dipicu oleh fluktuasi tarif dan tantangan makro ekonomi seperti ketidakstabilan nilai tukar, pengangguran, dan inflasi di berbagai wilayah menyebabkan permintaan melemah. Hal ini membuat konsumen menunda pembelian smartphone, terutama di segmen kelas bawah.
"Ketidakpastian ekonomi menekan permintaan di segmen bawah, di mana konsumen sangat sensitif terhadap harga. Akibatnya, smartphone Android kelas bawah mengalami tekanan besar yang membebani pertumbuhan pasar secara keseluruhan," ujar Direktur Riset Senior untuk Perangkat Klien Global di IDC, Nabila Popal dikutip dari keterangan resminya Selasa (15/7).
Ia menambahkan, performa pasar di Cina yang lebih rendah dari ekspektasi turut menahan laju pertumbuhan global. Pada kuartal kedua 2025, penjualan smartphone di Cina melemah karena subsidi pemerintah gagal mendorong permintaan. Meskipun festival belanja online “618” sukses dalam hal volume penjualan ke konsumen, para produsen dan mitra saluran distribusi lebih fokus menghabiskan stok lama ketimbang meningkatkan pengiriman.
Apple yang menjadi merek terlaris selama periode promosi itu justru mengalami penurunan 1 persen di negara tersebut. Namun, penurunan itu mampu diimbangi oleh pertumbuhan dua digit di pasar negara berkembang, sehingga menghasilkan kenaikan pengiriman global sebesar 1,5 persen untuk Apple pada kuartal ini.
"Di tengah tantangan politik, dampak perang, dan kompleksitas tarif global, pertumbuhan 1 persen ini menjadi indikator penting bahwa pasar smartphone mulai kembali pulih," kata Direktur Riset untuk Divisi Perangkat Klien IDC, Anthony Scarsella.