Jakarta, FORTUNE - Sebuah penelitian besar di Inggris mengungkapkan pencampuran vaksin COVID-19 dinilai memiliki respons kekebalan tubuh yang lebih baik. Hal ini terjadi pada orang yang menerima dosis pertama AstraZeneca atau Pfizer-BioNTech, dan diikuti oleh vaksin Moderna pada sembilan pekan kemudian.
"Kami menemukan respons imun yang sangat baik di seluruh papan..., pada kenyataannya, lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan oleh vaksin Oxford-AstraZeneca dua dosis," kata Profesor Oxford Matthew Snape seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/12).
Temuan yang mendukung pemberian dosis fleksibel ini akan memberikan harapan bagi negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah. Pasalnya dengan persedian vaksin yang tak stabil, maka perlu dilakukan penggabungan merek vaksin yang berbeda antara suntikan pertama dan kedua.
"Saya pikir data dari penelitian ini akan sangat menarik dan berharga bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana mereka masih meluncurkan dua dosis vaksin pertama," kata Snape.
Dengan adanya rilis riset tersebut, Snape mengatakan pemberian vaksin akan menjadi lebih fleksibel. Sebab, akan jauh lebih cepat dengan menggunakan beberapa merek vaksin. “Maka tidak apa-apa untuk melakukannya,” ujarnya.