Dalam pengumuman tersebut, Zuckerberg tampak mengakui bahwa perusahaan telah salah mengambil keputusan bisnis.
Dia memperkirakan lonjakan e-commerce, yang terjadi pada awal Covid-19, akan terus tumbuh secara berkelanjutan meski pandemi jauh mereda. Dengan demikian, perusahaan pun memutuskan untuk meningkatkan investasi secara signifikan,
“Sayangnya, ini tidak berjalan seperti yang saya harapkan,” ujar Zuckerberg. Dia mengatakan pendapatan perusahaan turun bukan saja karena efek dari e-commerce yang mengalami normalisasi, tapi juga penurunan ekonomi makro, peningkatan persaingan, dan hilangnya pendapatan iklan.
“Saya salah, dan saya bertanggung jawab untuk itu,” lanjutnya.
Zuckerberg menekankan perusahaan perlu lebih efisien dalam menggunakan modalnya. Sejauh ini, Meta telah mengalihkan sumber daya ke sektor prioritas seperti iklan dan platform bisnis, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan metaverse.
Melansir Reuters, Reality Labs, unit yang bertanggung jawab atas pengembangan metaverse, pada Januari–September tahun ini telah kehilangan US$9,44 miliar, dan kerugian itu diperkirakan akan tumbuh secara signifikan pada 2023.
Investasi besar-besaran pada metaverse telah memantik sikap marah dari Wall Street dan para pemegang saham. Seorang investor baru-baru ini menyebut investasi tersebut "berukuran super dan menakutkan." Analis juga mempertanyakan berapa lama Meta dapat menuangkan uang ke dalam proyek dalam ekonomi yang kekuatannya lemah.
"Mereka harus terus melakukan penyesuaian...Tahun depan akan menjadi lingkungan yang sulit bagi mereka," kata Paul McCarthy dari Kisco Capital, yang sebelumnya memiliki saham Meta.
Keuangan Meta telah mengalami ganjalan selama berbulan-bulan, dan perusahaan tersebut berupaya keras untuk menekan biaya, demikian The Strait Times.
Perusahaan dilaporkan telah menghabiskan dana miliaran dolar untuk membangun metaverse. Namun, langkah itu terjadi di tengah perlambatan kinerja perekonomian global dan kemelut inflasi.
Tahun ini pelemahan saham Meta mencapai lebih dari 70 persen. Para investornya disebut sangsi terhadap ambisi metaverse perusahaan karena diyakini butuh waktu bertahun-tahun untuk mendulang keuntungan.
Pada saat sama, Meta menghadapi tantangan besar dari TikTok, aplikasi video pendek besutan perusahaan teknologi Cina, Bytedance. Mereka juga menghadapi masalah kebijakan perubahan privasi pada perangkat Apple.