OpenAI bermula pada Juli 2015, ketika Altman masih menakhodai Y Combinator. Saat itu, ia menggelar makan malam privat di hotel mewah Rosewood Sand Hill. Elon Musk hadir dalam jamuan tersebut, juga Greg Brockman—kelak ikut mendirikan OpenAI . Beberapa undangan lainnya adalah peneliti AI kakap.
Para hadirin pertemun tersebut membicarakan kemungkinan perkembangan artificial general intelligence (AGI). Saat itu Google baru saja membeli perusahaan yang bagi mereka menjadikan raksasa tersebut untuk menjadi pionir pengembangan AGI: startup jaringan neural di London, DeepMind.
Jika DeepMind berhasil, Google dapat memonopoli teknologi tersebut. Tujuan dari jamuan makan malam itu adalah membicarakan pembentukan laboratorium pesaing yang dapat menjamin langkah Google tersandung.
Laboratorium baru itu ditujukan untuk berbagai hal yang tidak disasar oleh DeepMind dan Google. Ia akan dijalankan sebagai organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk memeratakan manfaat dari AI lebih lanjut. Janjinya adalah menerbitkan hasil penelitiannya, dan menyediakan teknologinya secara terbuka.
Komitmen akan keterbukaan terejawantahkan via namanya: OpenAI. Laboratorium itu menghimpun daftar para penderma: bukan saja Musk, tapi juga para koleganya di PayPal, Thiel dan Hoffman; Altman dan Brockman; co-founder Y Combinator, Jessica Livingston; YC Research, yayasan yang didirikan Altman; firma alihdaya TI India, Infosys; dan Amazon Web Services.
Total komitmen para pendonor untuk OpenAI saat itu, menurut laporan Fortune, mencapai US$1 miliar.
Problemnya, melatih biaya pengembangan yang dibutuhkan OpenAI sangat mahal—termasuk untuk menggaji para periset AI seperti Ilya Sutskever, saintis kelahiran Rusia yang datang ke OpenAI dari Google, yang mencapai US$1,9 juta untuk beberapa tahun pertama.
Setelah beberapa tahun, Altman dan yang lainnya di OpenAI memutuskan takkan bersaing dengan Google, Meta, dan raksasa teknologi lain. Dan laboratorium tersebut harus menghasilkan laba. “Jumlah uang yang kami butuhkan untuk berhasil dalam misi jauh lebih besar dari yang awalnya saya duga,” kata Altman kepada majalah Wired pada 2019.
Altman sendiri, meski terlibat di OpenAI sejak awal, baru menjadi CEO pada Mei 2019 setelah laboratorium itu menjadi perusahaan bertujuan komersial. Posisi barunya tersebut dianggap sebagai langkah strategis OpenAI mencari pendanaan. Altman yang dikenal ahli dalam menggalang dana dan memusatkan perhatian pada produk—sekaligus tegangan antara memainkan insting komersial serta komitmen pada ide-ide besar yang didorong sains—merefleksikan upaya tersebut.
Dengan keberadaan unit komersial, OpenAI mulai berlaku bak startup lain: menggalang dana. Namun, OpenAI menciptakan struktur tidak biasa yang mematok imbal hasil investor berkali lipat investasi awalnya. Dan dewan nirlaba OpenAI, yang dipenuhi tokoh-tokoh Silicon Valley, akan tetap memiliki kendali atas hak intelektual OpenAI.
Tak betah dengan struktur tersebut, Elon Musk menyatakan hengkang pada 2018 dengan dalih harus mengurus SpaceX dan Tesla. Dus, meski awalnya didirikan bukan atas kehendak korporasi, OpenAI berubah menjadi alat bagi perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft.