Jakarta, FORTUNE – Serangan ransomware di Asia Pasifik (APAC) menunjukkan eskalasi seiring dengan munculnya pola pemerasan empat lapis. Lebih dari separuh kasus kebocoran data yang terjadi di Asia Pasifik (APAC) pada 2024 disebabkan oleh ransomware, sehingga perusahaan perlu meninjau dan memperkuat pertahanan siber guna meminimalkan kerentanan dan menjaga ketahanan bisnis.
Berdasarkan laporan terbaru State of the Internet (SOTI) Akamai, Ransomware Report 2025: Building Resilience Amid a Volatile Threat Landscape, tren pemerasan empat lapis yang kini sedang marak dilakukan mencakup serangan DDoS (Distributed Denial of Service).
Model baru ini menggabungkan serangan DDoS dan melibatkan pihak ketiga—seperti pelanggan, mitra, atau media—untuk memperbesar dampak. Pendekatan tersebut melampaui metode pemerasan ganda yang selama ini umum dilakukan, di mana pelaku hanya mengenkripsi dan mengancam membocorkan data ke publik bila tebusan tidak dibayar.
“Ancaman ransomware saat ini bukan lagi sekadar enkripsi data,” ujar Steve Winterfeld, Advisory CISO Akamai dikutip dari keterangan resmi, Selasa (12/8). “Gangguan layanan dan eksposur publik kini menjadi alat tekanan yang serius, menjadikan serangan ini krisis bisnis yang nyata.”