Jakarta, FORTUNE - OpenAI berencana menggelar initial public offering (IPO) yang akan mendorong valuasi perusahaan menjadi US$1 triliun, yang diperkirakan menjadi salah satu IPO terbesar sepanjang masa.
Perusahaan teknologi kecerdasan buatan (AI) itu dikabarkan sedang mempertimbangkan pengajuan laporan keuangan kepada otoritas pasar modal, paling cepat pada paruh kedua 2026.
Dalam diskusi awalnya, perusahaan telah menimbang-nimbang opsi menggalang dana minimum US$60 miliar.
Menurut sumber Reuters, Direktur Keuangan OpenAI, Sarah Friar, menyatakan perusahaan akan menargetkan IPO pada 2027. Namun, beberapa penasihat memperkirakan bahwa jika tidak ada kendala, pencatatan dapat dilakukan pada akhir 2026.
Meski demikian, OpenAI menyatakan IPO bukanlah fokus utama perusahaan, sehingga jadwal pasti tidak ditetapkan.
“Kami sedang membangun bisnis yang berkelanjutan,” demikian juru bicara OpenAI, dilansir Reuters, Kamis (29/10).
Persiapan IPO tersebut menandakan urgensi baru perusahaan untuk memasuki pasar publik menyusul selesainya restrukturisasi kompleks yang mengurangi ketergantungan pada Microsoft. IPO akan membuka pintu bagi penggalangan dana yang lebih efisien dan memungkinkan nilai akuisisi lebih tinggi ke depannya.
Dalam siaran langsung Selasa lalu, CEO OpenAI, Sam Altman, membahas kemungkinan OpenAI untuk go public.
“Ini [rasanya] jalan yang paling mungkin bagi kami mengingat kebutuhan modal yang kami miliki,” ujarnya.
Berdasarkan laporan The Japan Times, OpenAI bermula sebagai organisasi nirlaba atau non-profit pada 2015.
Beberapa tahun kemudian, perusahaan merombak strukturnya. Tujuan utamanya memastikan OpenAI mengembangkan teknologi AI dengan aman, alih-alih mengutamakan keuntungan seperti perusahaan tradisional.
Meski demikian, minggu ini OpenAI kembali merombak perusahaan. Menurut sumber CNBC, OpenAI menyatakan telah menyelesaikan upaya restrukturisasi perusahaan yang penuh gejolak.
Perusahaan nonprofit akan melakukan rebranding menjadi OpenAI Foundation, sementara perusahaan for-profit akan disebut sebagai OpenAI Group. OpenAI Foundation memiliki 26 persen saham di OpenAI Group dan hak untuk menerima saham tambahan jika perusahaan mencapai tonggak tertentu.
Struktur tersebut akan memudahkan investor dan mitra meraup keuntungan dari investasinya dan membuka jalan menuju penawaran umum yang diharapkan.
Pertimbangan ini dikatakan muncul di tengah meningkatnya popularitas AI di pasar saham. Pada awal tahun ini, perusahaan cloud AI, CoreWeave, melantai di bursa dengan valuasi US$23 miliar dan telah meningkat tiga kali lipat sejak saat itu.
Sementara itu, pengembang cip AI, Nvidia, menjadi perusahaan pertama yang mencapai valuasi pasar US$5 triliun, didorong reli AI global.
Kinerja keuangan perusahaan tersebut berada pada zona hijau setelah pendapatannya pada paruh pertama 2025 naik 16 persen secara tahunan (YoY) menjadi US$4,3 miliar atau hampir Rp72 triliun.
Di antara pendorong pertumbuhannya adalah meningkatnya adopsi ChatGPT, yang memiliki 700 juta pengguna mingguan: sebuah peningkatan empat kali lipat dari jumlah pengguna pada periode sama tahun lalu.
