Rugi Bukalapak Membengkak Tahun Lalu, Meski Pendapatan Meningkat

Jakarta, FORTUNE – PT Bukalapak.com Tbk meraih kinerja yang kurang memuaskan tahun lalu. Dalam laporan keuangan yang baru dirilis, Rabu (13/4), Bukalapak pada 2021 rugi mencapai Rp1,67 triliun, atau meningkat 24,0 persen ketimbang Rp1,35 triliun pada tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada 2019, Bukalapak juga merugi bahkan mencapai Rp2,79 triliun.
Pendapatannya sesungguhnya naik 38,3 persen menjadi Rp1,87 triliun dari sebelumnya Rp1,35 triliun. Secara mendetail, pendapatan dari Mitra (online to offline) berhasil tumbuh 311,2 persen menjadi Rp817,63 miliar. Sedangkan, pendapatan lokapasar terkoreksi 7,1 persen menjadi Rp958,64 miliar. Demikian pula pendapatan Buka Pengadaan yang menurun 13,2 persen menjadi Rp111,41 miliar.
Beban perusahaan yang meningkat diperkirakan yang menyebabkan Bukalapak rugi—meski pendapatan positif. Beban pokok pendapatan, misalnya, tumbuh 258,1 persen menjadi Rp441,43 miliar. Lalu, beban penjualan dan pemasaran naik 7,9 persen menjadi Rp1,64 triliun. Sedangkan, beban keuangan tercatat mencapai Rp18,31 miliar, atau meningkat 114,2 persen.
Dalam keterangan pers yang dikutip, Kamis (14/4), manajemen Bukalapak mengatakan perseroan telah menunjukkan pertumbuhan positif, khususnya pada indikator transaksi yang benar-benar terjadi (total processing value/TPV) yang meningkat 44 persen menjadi Rp122,6 triliun.
“Sebanyak 73 persen TPV perseroan berasal dari luar daerah tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat,” demikian pernyataan resmi manajemen Bukalapak.
Mitra Bukalapak merupakan penggerak utama pertumbuhan, menurut manajemen. Total transaksi Mitra tumbuh 146 persen menjadi Rp56,2 triliun. Kondisi ini berkat berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan perseroan. Sebagai tambahan, per akhir tahun lalu, jumlah Mitra Bukalapak mencapai 11,8 juta, meningkat dari 6,9 juta periode sama 2020.
Mengutip data dari laman iPrice, pada kuartal keempat 2021, Bukalapak beroleh jumlah pengunjung web bulanan hanya 25,76 juta. Padahal, periode sama tahun sebelumnya jumlah pengujung e-commerce tersebut mencapai 38,58 juta. Sedangkan, kuartal keempat 2019, angkanya sebesar 39,26 juta.
Komitmen pertumbuhan
Manajemen Bukalapak menyatakan komitmennya untuk fokus pada strategi mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, disertai dengan pengelolaan yang baik terhadap operasional. Buktinya, menurut manajemen, rasio beban operasional terhadap total transaksi turun menjadi 2,6 persen dari sebelumnya 3,6 persen.
Selain itu, kerugian operasional berhasil ditekan menjadi Rp1,71 triliun dari sebelumnya Rp1,84 triliun. Mereka lantas mengeklaim rugi bersih yang tahun lalu meningkat akibat kredit pajak Rp483 miliar pada 2020.
“Di samping peningkatan efisiensi yang diiringi dengan pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat dengan posisi kas Perseroan sebesar Rp24,7 triliun pada akhir Desember 2021,” demikian keterangan Bukalapak. Pada periode sama, aset perseroan tercatat mencapai Rp26,61 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim, mengatakan perseroan senantiasa memanfaatkan momentum positif dalam performa bisnisnya demi terus bertumbuh secara berkelanjutan dan mencapai profitabilitas.
Dia menyampaikan harapan tahun ini posisi Bukalapak sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan berbagai layanan vertikal kepada pengguna akan lebih kuat. “Dengan dukungan dari berbagai pihak, saya yakin transformasi ini akan terus berjalan dengan baik dan mencapai tujuan utama kami, yaitu menciptakan a fair economy for all,” kata Willix dalam keterangan kepada media, Rabu (16/2).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini saham perusahaan berkode BUKA ini mencapai Rp346 per saham, atau meningkat 16,89 persen secara bulanan. Namun, masih jauh dari level Rp850 per saham penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Agustus tahun lalu.