Serangan siber telah menjadi alat utama agresi bagi Rusia di Ukraina sejak sebelum 2014 ketika Rusia mencaplok Krimea, yang merupakan sebagian wilayah Ukraina, dan menggagalkan pemilihan umum (pemilu).
Serangan sama juga digunakan Rusia melawan Estonia pada 2007 dan 2008.
Boutin dari ESET Research Labs mengatakan para penelitinya tidak dapat mengatakan siapa yang bertanggung jawab atas malware yang menghapus data. Akan tetapi, “serangan itu tampaknya terkait dengan krisis yang sedang berlangsung di Ukraina”.
Sementara, pengawas perlindungan data Ukraina mengatakan peretasan meningkat.
"Serangan phishing terhadap otoritas publik dan infrastruktur penting, penyebaran perangkat lunak berbahaya, serta upaya untuk menembus jaringan sektor swasta dan publik dan tindakan destruktif lebih lanjut telah meningkat," katanya.
Chester Wisniewski, seorang peneliti di perusahaan keamanan siber Sophos, menduga Rusia bermaksud dengan malware tersebut untuk "mengirim pesan bahwa mereka telah mengkompromikan sejumlah besar infrastruktur Ukraina dan ini hanyalah bagian kecil untuk menunjukkan seberapa besar penetrasi mereka".