Jakarta, FORTUNE – Ancaman serangan siber yang menguat belakangan dinilai membawa risiko bagi bisnis, bahkan bisa menyebabkan kerugian finansial pada perusahaan. Karena itu, pelaku bisnis maupun perusahaan mesti memperkuat kemampuan keamanan sibernya sebagai ikhtiar jangka panjang.
Pernyataan tersebut merupakan kesimpulan dari diskusi yang digelar oleh Menlo Security, perusahaan spesialis keamanan cloud, bersama dengan NeutraDC, Indonesia Block-Chain Society, dan Badan Siber Sandi Negara (BSSN). Forum tersebut membahas tentang keamanan siber bagi bisnis bagi bisnis dan institusi pemerintahan.
Laporan BSSN memperkirakan sepanjang tahun ini akan terjadi sebanyak 714,17 juta serangan siber. Ini dapat mengakibatkan kebocoran data yang mengancam bisnis dan perusahaan di pelbagai industri.
Sementara, laporan Interpol tahun lalu menyebut 60 persen malware finansial seluler meningkat di Indonesia. Tak hanya itu, laporan sama menyatakan Indonesia memiliki jumlah kasus ransomware tertinggi dengan 1,3 juta kasus.
“Pelaku ancaman siber sudah melakukan pergeseran dari menyerang infrastuktur siber menjadi menyerang langsung end-user atau pengguna. Terutama pengguna yang kurang memiliki wawasan keamanan siber,” kata Sandiman Muda Badan Direktorat Keamanan Siber & Sandi Industri BSSN, Ricky Aji, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (7/10).
Karenanya, penting untuk mendorong peningkatan wawasan keamanan siber bagi masyarakat Indonesia, menurut Aji.