Jakarta, FORTUNE – Gemini, platform pertukaran aset kripto dari Amerika Serikat (AS), baru saja merilis hasil survei mengenai adopsi aset kripto di sejumlah negara. Hasil jajak pendapat exchanger tersebut menyiratkan soal adopsi kripto yang semarak terutama setahun belakangan.
Pasalnya, hampir setengah dari semua pemilik aset kripto di AS, Amerika Latin, dan Asia Pasifik mengaku baru membeli aset digital untuk pertama kalinya pada 2021.
Dikutip dari Reuters, Senin (4/4), jajak pendapat Gemini ini dilakukan terhadap 30 ribu orang di 20 negara, November 2021 hingga Februari 2022. Kajian tersebut menyimpulkan bahwa aset kripto tahun lalu beroleh pencapaian yang gemilang.
Indonesia dan Brasil menjadi negara terdepan dalam soal adopsi kripto, dengan masing-masing 41 persen responden yang disurvei di negara tersebut melaporkan kepemilikan kripto. Sebagai perbandingan, di AS hanya 20 persen dan Inggris 18 persen.
Secara khusus, aset digital diyakini dapat menjadi lindung nilai dari inflasi terutama di negara yang mata uangnya terdepresiasi. Masing-masing 64 persen responden India dan Indonesia setuju soal kinerja aset kripto di atas inflasi, sedangkan di AS hanya 16 persen, dan Eropa 15 persen.
Tahun lalu, Bitcoin, aset kripto dengan kapitalisasi tertinggi, sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$68 ribu. Kapitalisasi pasar total aset kripto pun terkerek mencapai lebih dari US$3 triliun.
Saat ini, harga Bitcoin mencapai US$46 ribuan, menurut data dari coinmarketcap. Sedangkan, market cap total aset kripto sekitar US$2,16 triliun.